PENERAPAN DALAM MEMAHAMI WARNA

Nama: Muhammad Fathir Zein 
Npm: 202246500079
Kelas: R4B 



ABSTRAK

Makna warna terbagi dalam tiga dimensi yang berbeda. Pertama, makna referensi memanfaatkan referensi sebagai acuan dalam penggunaan warna. Kedua, makna psikologis membahas pengaruh warna terhadap perkembangan pemikiran, emosi, dan perasaan melalui praktik seni dan refleksi warna alam. Ketiga, sebagai makna sosial, artikel menyoroti bagaimana warna dapat membangkitkan kesadaran manusia terhadap alam semesta, menjaga keseimbangan lahir dan batin. Warna dijelaskan sebagai jembatan antara dunia fisik dan spiritual, menghidupkan semangat keseimbangan dan estetika di makro dan mikrokosmos. Selain itu, artikel mencatat bahwa warna memiliki roh yang membangkitkan spirit kehidupan, dan penelitian ini menekankan pentingnya terus meneliti proyeksi ke depan cahaya/warna karena sifatnya yang terapeutik. Artikel juga membahas pengaruh psikologis kombinasi warna menurut Goethe dan Itten, menggambarkan kesan positif dan negatif dari kombinasi warna tertentu. Terakhir, implementasi warna panas dalam branding diperlihatkan memberikan efek khusus pada produk, menciptakan karakter yang mencolok, berani, kuat, dan hangat, yang berkontribusi pada kemudahan pengenalan produk dan kesuksesan branding melalui komunikasi visual yang lebih efektif.


PEMBAHASAN


A. Makna Warna


    Kata “makna” berarti arti atau maksud. Warna adalah cahaya, sesuatu yang sangat sederhana, kebutuhan sehari- hari, dan tidak seorangpun dari kita dapat hidup tanpa cahaya. Makna Warna dalam judul ini dimaksudkan adalah “arti warna” dalam konteks kehidupan. Warna adalah fungsi langsung dari cahaya yang mewakili semua aspek kehidupan. Di tengah-tengah masyarakat masih ada pemahaman ambigu antara cat dengan warna. Cat merupakan suatu bahan untuk melapisi produk yang tujuannya untuk memperkuat atau memperindah suatu produk, biasanya menggunakan berbagai tone warna. Secara umum, lingkaran warna primer (merah, kuning, dan biru), warna sekunder (oranye, hijau, dan ungu), dan pencampurannya untuk menghasilkan warna tersier. Warna juga dikaitkan dengan suhu hangat-dingin. Warna hangat (kuning, jingga, dan merah) dan warna dingin (hijau, biru, dan ungu). Secara umum, warna banyak digunakan sebagai tanda, simbol, ikon, dan media komunikasi visual.


    Makna merupakan suatu gagasan yang kompleks. Studi tentang makna berkaitan dengan berbagai disiplin ilmu meliputi filsafat, linguistik, neurologi, semiotik, pragmatik, dan semantik. Teori makna memiliki tiga pendekatan, meliputi: 1) pendekatan referensial, 2) pendekatan psikologis, dan 3) sosial makna. Mengenai makna warna Wassilly Kandinsky menegaskan bahwa realitas dalam seni adalah efek sensasional dari warna itu sendiri. Ia berhasil memberikan pandangan baru terhadap warna, suara/musik pada lukisan dan hubungannya dengan dunia internal. Teori warna yang dikembangkan mengacu pada teori warna Goethe dan Rudolf Steiner.


    Pembahasan mengenai makna warna. Bagian ini dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: referensi makna, psikologis makna, dan sosial makna.


1. Referensi Makna


    Referensi makna adalah makna yang digunakan berdasarkan acuan. Dalam ajaran Bali, Kitab Shilpa Shastra merupakan sumber ilmu seni dan kerajinan, sebagai pedoman kuno bagi teks-teks agama Hindu. Sedangkan dalam Vaastu Shastra, dijelaskan dasar-dasar seni yang baik dan benar, yaitu: 1) bhogadyam (kegunaan) 2) sukha darsham (estetika), 3) ramya (kepuasan batin). Di Bali, Tuhan dikatakan memiliki tiga sifat: satyam (kebenaran), sivam (kesucian), dan sundaram (keindahan). Warna merupakan bagian yang sangat esensial dalam visualisasi perwujudan keindahan tersebut.


    Menurut pengetahuan Barat, spektrum sinar matahari melewati prisma dan menyebar ke dalam warna yang berbeda, tetapi dalam budaya Bali, warna menempati setiap arah mata angin sesuai dengan energi sinar para dewa. Keberadaan warna sebagai jembatan antara dunia material dan dunia spiritual, dari pigmen warna ke cahaya, dari konkret ke abstrak. Mengingat warna adalah sangat kompleks, belum ada ilmuwan, seniman, teorisi yang mampu menjabarkan hingga sampai pada level yang sangat memuaskan, untuk itu penelitian warna selalu muncul seiring perjalanan waktu. Hal ini serupa dengan visualisasi karakter sifat, moral/etika dan perilaku manusia, terlalu kompleks, namun dapat digeneralisasi menjadi suatu yang sangat minimal, atau dapat diklasifikasikan dengan lebih sederhana. Dalam konteks sains dan estetika, untuk keseimbangan dan keindahan manusia mungkin bisa membedakan sekitar 10 juta jenis warna, tetapi tidak memiliki kata yang cukup untuk memberikan nama dari setiap perbedaan warna tersebut, karena perbedaan latar belakang kebudayaan juga dapat menafsirkan jenis-jenis warna yang sangat berbeda (Sayre, 1997). Misalnya, orang Maori di Selandia Baru menggunakan 100 kata untuk warna yang kita sebut “merah.” Demikian juga di Bali, penggunaan nama atau istilah warna sering dikaitkan dengan istilah lokal, misalnya: putih (petak), pink (dadu), merah (bang/barak), orange (kudrang), kuning (jenar), hijau (wilis/gadang), hitam (ireng/selem), dan lain-lain.


    Dalam pandangan yang lain, perbedaan antara warna kuning dan biru mewakili dua kutub yang berbeda, warna panas, dan warna dingin. Ketika kedua kutub warna tersebut dibebaskan dan dipadukan, maka warna yang dihasilkan adalah hijau, yang mewakili ketenangan. Warna putih memberi efek keheningan yang agung, warna hitam terdengar seperti kehampaan mati setelah terbenamnya sang surya, warna kelabu merupakan kebungkaman dan ketetapan, warna merah memberi kesan akan kekuatan, energi, kebahagiaan dan kemenangan, sedangkan warna merah tua diumpamakan seperti sebuah ketetapan, semangat yang menyala.


2. Psikologis Makna


    Psikologis makna dimaksudkan bahwa warna memiliki peranan terapeutik utamanya dalam mengatasi beban psikologis. Warna pangider bhuwana sebagai hasil budaya adi luhung memiliki nilai therapeutic, nilai terapis psikologis yang dapat digunakan untuk membantu orang terutama mengatasi beban goncangan mental, trauma, dan beban perasaan. Proses ini bisa dilakukan baik dengan beraktivitas menggunakan warna maupun dengan menikmati hasil karya seni. Ada beberapa langkah yang dilakukan terapis dalam menggunakan warna: 1) mempelajari level kejiwaan atau tingkat stress dan beban perasaan yang dimiliki oleh partisipan. 2) hasil diagnosa tersebut diberikan beberapa metode latihan pemilihan, penggunaan, dan cara ekspresi penggunaan warna. 3) interpretasi dan analisis terhadap karya-karya yang dihasilkan oleh partisipan. 4) dilakukan interview dan pemaknaan warna sesuai dengan kebutuhan partisipan.

    

    Psikologi Gestalt, sebuah istilah yang diimpor dari psikologi kritik seni rupa modern, didirikan oleh Max Wertheimer, Kurt Koffka. dan Wolfgang Kohler. Semua pengalaman estetis merupakan bagian dari struktur yang sangat mendasar. Seni dapat ditelusuri dari teori gestalt, seni memfasilitasi partisipan untuk mengungkapkan kesadaran dan persepsinya. Melalui pendekatan perilaku prinsip penguatan dapat digunakan untuk melibatkan peserta dalam tahap penyembuhan. Ada berbagai cara latihan penyembuhan warna dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan kognitif dan kreatif dengan menggunakan warna mandala Bali.


    Aspek-aspek pembangkitan kesadaran internal dalam diri partisipan menjadi fokus utama. Nilai theo-estetika, transendental, dan sublimasi menjadi pertimbangan penting selain mengingatkan (eling) latar belakang kultural, leluhur, para dewa, dan Sang Pencipta. Proses terapi psikologis ini juga terkait dengan keseimbangan kosmos, misal: air, api, angin, tanah, dan ruang kosong. Apabila proses visualisasi dilakukan dengan sublimasi yang sublime, nirupam, maka supremasi rupa akan mendekatkan manusia dengan Tuhan, healing. Warna mandala dikaitkan dengan simbol alam semesta.


    Efek psikologi warna meliputi fisikal, emosional, intelektual dan spiritual. Kembali kepada teori Kandinsky bahwa warna dapat menyentuh jiwa dari pengamat seni. Baginya warna merupakan elemen bahasa sebagai media ungkap emosi; elemen musik tidak ubahnya seperti bentuk dan warna langsung dapat menyentuh jiwa. Akhir dari Risalah Kandinsky menjelaskan bahwa ada tiga sumber inspirasi: 1) kesan langsung dari dunia luar, disebut sebagai impression (kesan); 2) Dunia bawah sadar yang maha luas, ekspresi spontan sebagai inner karakter, non- material (spiritual), disebut sebagai improvisation; dan 3) Sebuah ekspresi yang perlahan dibentuk oleh inner feeling, bekerja berulang kali dan hampir secara pedantik (pedantically), disebut sebagai compotition (Read, 1968: 172).


3. Sosial Makna


    Selain referensi dan psikologis, sosial makna juga menjadi bagian penting dalam pengembangan makna warna. Dalam seni lukis makna arbiter atau arbitrary dimainkan secara bebas, Henry M. Sayre menjelaskan bahwa warna tidak memiliki relasi realistik atau alami dari objek yang dilukis, kuda bisa dilukis dengan warna biru, sapi dengan warna ungu, tetapi memiliki ekspresi dan emosi yang sangat signifikan. Warna arbiter memberikan kebebasan kepada pelukis dalam penggunaan warna secara mutlak, sangat subjektif, random, dan sewenang-wenang. Langit tidak selalu di lukis biru, bisa dilukis dengan warna merah, kuning, emas, dan yang lainnya. Di Bali, makna warna sangat penting karena mewakili bentuk dan simbol dalam kehidupan sehari-hari yang didasarkan pada filosofi agama Hindu. Warna dikaitkan dengan sosio-kultural, filosofi, mitologi, persembahan, dan estetika dalam seni, adat, dan budaya


    Sosio-kultural makna warna Hindu menjadi bagian penting dalam pengembangan karya seni karena dalam kegiatan kehidupan beragama terdapat warna sebagai bagian dari upacara yang selalu melibatkan seni prosesi ritual. Lambat laun kita dapat melihat dalam praktik sehari-hari seni budaya semua referensi di atas sebagai akar dan jiwa dari suatu budaya. Ada dua jenis sistem kepercayaan mengenai arah makna warna. Pertama, orang Bali percaya bahwa timur adalah titik awal untuk menghitung lingkaran mandala, berwarna putih, tanda keheningan, awal matahari terbit; barat adalah matahari terbenam berwarna kuning, keagungan. Kedua, arah utara adalah titik awal untuk menghitung arah tinggi gunung, warna hitam, selatan adalah lembah warna merah. Warna juga merupakan representasi dari objek alam, seperti mata melihat objek apa adanya. Warna juga memiliki fungsinya, tidak mewakili apa pun atau siapa pun, kecuali warna itu sendiri, misalnya merah sebagai merah/roh merah, tidak terkait dengan objek atau emosi lain. Namun, dalam sosio- kultural masyarakat Bali, warna dominan memainkan peran simbolis, terutama dalam filsafat Hindu.


    Warna tidak hanya untuk keindahan tetapi juga untuk kebenaran dan kebaikan. Warna bunga merupakan bagian dari kesakralan simbolik yang sangat signifikan digunakan dalam berbagai bentuk ritual keagamaan. Ketika ada upacara keagamaan tempat suci itu didekorasi dan diletakkan atribut warna Mandala Bali sesuai dengan petunjuk mata angin. Ketika pemangku atau sulinggih membuat air suci, menempatkan warna bunga sesuai dengan arah mata angin; dan diiringi lagu-lagu suci yang menjelaskan keberadaan warna itu dengan segala bentuk dan manifestasi cahaya warna Tuhan. Warna alam semesta memberikan pemahaman yang sangat luas tanpa batas sebagai sebuah lingkaran besar. Dalam tradisi Bali, semua diikuti oleh ranah simbol, fantasi, dan imajinasi. Sosio-kultural memiliki kekuatan untuk menggambarkan kehidupan yang jauh lebih luas dan indah dari yang bisa kita lihat dengan mata telanjang.


B. Pengaruh Psikologi Kombinasi Warna

    Ada banyak hal yang dapat dibicarakan dari sebuah teori warna karena pada dasarnya Teori warna adalah prinsip‐prinsip yang digunakan untuk menciptakan harmonisasi dari kombinasi pada sebuah warna. Lingkaran warna dan harmoni dari kombinasi warna adalah dua hal yang dapat dipelajari dari teori warna

    Sebelum ditemukannya lingkaran warna, penjelasan mengenai warna sering dipaparkan dalam bentuk linear atau garis seperti yang dibuat oleh pythagoras dan aristoteles. Namun Newton membuat terobosan baru setelah menemukan pembiasan cahaya pada sebuah prisma, ia menyatukan warna awal dan akhir dari hasil pembiasan cahaya yang ada menjadi sebuah lingkaran warna. Seratus tahun berselang setelah Newton membuat lingkaran warnanya, Johann Wolfgang von Goethe membuat lingkaran warna dengan menggunakan tiga warna primer yaitu merah, biru dan kuning dan menambahkan warna turunannya yaitu ungu, hijau dan orange diantara warna primer. Lingkaran warna Goethe sering dijadikan acuan untuk dunia desain. Lingkaran warna ini pula kemudian berkembang dengan memasukkan warna tersier dalam lingkaran warna sehingga dalam satu lingkaran terdapat warna primer, sekunder dan tersier.

Warna Additive

    Tidak hanya berhenti disitu, lingkaran warna terus berkembang kedalam bentuk tiga dimensional yang juga memadukan unsur gelap dan terang seperti lingkaran warna yang dibuat oleh Albert Henry Munsell. Warna yang digunakan pada website merupakan warna yang ditampilkan pada monitor sehingga warna yang digunakan merupakan warna additive atau yang biasa disebut warna cahaya.

1. Teori Kombinasi Warna

    Teori warna adalah prinsip‐prinsip yang digunakan untuk menciptakan harmonisasi dari kombinasi pada sebuah warna karena lingkaran warna dan harmoni adalah dua hal yang dapat dipelajari dari teori warna.

    Kombinasi warna diperlukan untuk mendapatkan komposisi yang berbeda pada sebuah karya. Namun kita memerlukan kombinasi yang baik sehingga kita dapat menghasilkan sebuah harmoni warna. Harmoni warna terjadi karena adanya keserasian pada saat dua atau beberapa warna berinteraksi satu sama lain. Komposisi warna akan sangat berkaitan dengan efek yang ditimbulkan pada saat orang melihat warna‐warna tersebut, sehingga efek yang ditimbulkan akan memiliki banyak kemungkinan seperti enak dilihat ataupun tidak enak dilihat. Dae Young Kim menyatakan bahwa full colours lebih efektif dibandingkan dengan dua macam warna. Sehingga Kombinasi warna yang digunakan adalah kombinasi yang terdiri dari 3 warna atau lebih.    Berikut beberapa kombinasi warna yang sering digunakan menurut Color wheel pro.

a. Kombinasi Split complementary  

Kombinasi Split complementary 

   Kombinasi ini terdiri dari 3 warna yaitu satu warna dan dua warna yang berlawanan yang menyebar. Bila dilihat kombinasi warna ini akan menyerupai segitiga sama kaki.  

b. Kombinasi Triadic   

Kombinasi Triadic

    Kombinasi ini terdiri dari 3 warna yaitu satu warna dan dua warna berlawanan yang menyebar sama lebar. Bila dilihat kombinasi warna ini akan menyerupai segitiga sama sisi sehingga kombinasi warna ini terlihat lebih seimbang.  

c. Kombinasi Tetradic (double complementary)  

Kombinasi Tetradic (double complementary) 

    Kombinasi tetradic (double complementary) terdiri 4 warna . 4 warna ini berasal dari sepasang dua warna yang berlawanan. Kombinasi ini lebih sulit dikombinasikan dengan jumlah yang seimbang sehingga pembagian warna harus dirancang. 

 

2. Psikologi Warna

a. Johann Wolfgang von Goethe   

    Psikologi warna dapat kita pahami salah satunya dengan mengetahui perlambangan warna. Perlambangan warna akan berbeda pada setiap budaya dan masa dimana setiap penemu ada. Nijdam menuliskan bahwa    dalam bukunya Theory of Colours, Goethe menyatakan bahwa setiap warna memberikan kesan yang positif dan kesan yang negatif yang berpengaruh pada emosi. Warna yang memberikan kesan positif adalah kuning, sedangkan warna yang lebih memberikan kesan negatif adalah biru seperti yang terlihat pada tabel berikut:

Psikologi warna Goethe

Warna

Kesan Positif

Kesan Negatif

Pengaruh
terhadap
Emosi

Kuning

Cepat, Ceria

Tidak menyenangkan

Menimbulkan
efek sukacita

Kuning‐Merah

Passion Hidup, yang tinggi

Menjengkelkan

Merah Kuning

Hangat, Sukacita/Kegembiraan

Biru

Warna yang menyenangkan

Dingin, Melankolis Gelisah

Menimbulkan efek Sedih

Merah Biru

aktif

Rentan

Biru‐Merah

aktif

Cemas

Merah

Bermartabat

Menimbulkan
efek semangat

Hijau

Tenang

Menimbulkan
efek Tenang

b. Johannes Itten  

    Dalam Bukunya The elements of color, Itten menyatakan bahwa warna memberikan kesan dan efek yang berbeda terhadap manusia. Warna dapat memberikan efek sebagai berikut:  

Merah : Kekuatan   

Biru : Keyakinan   

Kuning : Ceria  

 Jika dua warna digabungkan akan menghasilkan kesan yang berbeda:   

Merah + Kuning = Oranye Kekuatan + Ceria = Kesombongan    

Merah + Biru = Ungu Kekuatan + Keyakinan = Kesucian   

Kuning + Biru = Hijau Ceria + Keyakinan = Kasih Sayang 

 

PEMBAHASAN  

    Sebelum memetakan psikologi warna yang ada dalam kombinasi lingkaran warna, warna yang ada pada psikologi warna dari teori Gothe dan Itten terlebih dahulu disederhanakan menjadi warna primer dan tersier seperti yang terlihat dalam tabel berikut:

Psikologi warna Goethe

Warna

Kesan Positif

Kesan Negatif

Pengaruh terhadap

Manusia

Merah

Bermartabat

Menimbulkan efek

semangat

Kuning

Cepat, Ceria

Tidak

menyenangkan

Menimbulkan efek

sukacita

Biru

Warna yang menyenangkan

Dingin, Melankolis

Gelisah

Menimbulkan efek Sedih

Oranye

Hidup, Passion yang

tinggi, Hangat, Sukacita Kegembiraan

Menjengkelkan

Menimbulkan efek

sukacita

Ungu

aktif

Rentan, cemas

Menimbulkan efek Sedih

Hijau

Tenang

Menimbulkan efek Tenang

 Psikologi warna Itten 

Warna

Pengaruh terhadap Emosi

Merah

Kekuatan

Kuning

Ceria

Biru

Keyakinan

Orange

Kesombongan

Ungu

Kesucian

Hijau

Kasih Sayang

 

    Dengan menggunakan contoh sebaran warna yang ada pada kombinasi warna color wheels pro pemetaan pengaruh psikologi warna dapat digambarkan pada tabel berikut:

pemetaan pengaruh psikologi warna

Kombinasi

Warna

Pengaruh Terhadap

Manusia (Goethe)

Pengaruh

terhadap
Emosi
(Itten)

Kesimpulan

Split complementary

(Kombinasi Kuning, Biru dan

Hijau)
Cepat, Ceria, Warna yang
menyenangkan, Tenang
Tidak menyenangkan,
Dingin, Melankolis Gelisah, Tenang

Kesan Positif:

Kesan Negatif:

(Kombinasi Kuning, Biru dan Hijau) Ceria, Keyakinan, Kasih Sayang

Dari dua pengaruh yang disampaikan oleh Goethe dan Itten, kesan yang ditimbulkan dari kombinasi Split complementary adalah keceriaan, kasih sayang dan rasa tenang untuk dampak positif sedangkan Dingin, gelisah dan melankolis untuk dampak negatif

Triadic

(Kombinasi Kuning, Hijau dan Ungu)

Kesan Positif:

Cepat, Ceria, Tenang, aktif
Tidak menyenangkan,
Tenang, Rentan, cemas

Kesan Negatif:

(Kombinasi Kuning, Hijau dan Ungu) Ceria, Kasih Sayang, Kesucian

Dari dua pengaruh yang disampaikan oleh Goethe dan Itten, kesan yang ditimbulkan dari kombinasi Triadic adalah Ceria, Aktif, kasih sayang dan kesucian untuk dampak positif sedangkan cemas dan rentan untuk dampak negatif

Tetradic (double

complementary)

(Kombinasi Merah, Kuning,

Hijau dan Ungu)
Bermartabat, Cepat, Ceria, Warna yang menyenangkan, Tenang,
aktif
Tidak menyenangkan,
Dingin, Melankolis Gelisah, Tenang, Rentan, cemas

Kesan Positif:

Kesan Negatif:

(Kombinasi Merah, Kuning, Hijau dan Ungu) Kekuatan, Ceria, Kasih Sayang, Kesucian

Dari dua pengaruh yang disampaikan oleh Goethe dan Itten, kesan yang ditimbulkan dari kombinasi Tetradic (double complementary) adalah Bermartabat dan kuat, Ceria, Aktif, kasih sayang dan kesucian untuk dampak positif sedangkan Dingin, Melankolis, cemas dan gelisah serta rentan untuk dampak negatif

 

C. Implementasi Warna Panas dalam Branding

    Salah satu unsur visual yang menonjol adalah warna, karena dengan warna kita akan dengan mudah dan cepat membedakan warna. Warna telah dikenal sejak zaman prasejarah dengan seni kontemporer sampai sekarang (Darmaprawira, 2002: 2). Kemudian pengetahuan manusia akan warna berkembang sampai Sir Isaac Newton menemukan teori bagaimana warna dapat terbentuk. Newton berpendapat bahwa semua warna terbentuk dari cahaya putih kemudian menjadi spektrum warna. 

    Dalam teori warna, setiap warna memiliki karakteristik tertentu. Hal ini bermaksud bahwa setiap warna memiliki ciri-ciri atau sifat khas tersendiri. Dalam warna terdapat istilah hue (jenis warna), value (tingkat kecerahan dan kegelapan warna), dan chroma (kualitas yang menyatakan kekuatan dan kelemahan warna). Berdasarkan tiga sifat dasar itu, dapat ditentukan adanya warna sejuk/dingin dan hangat/panas. Hal tersebut dapat terjadi karena berdasarkan hue dari warna tersebut. 

    Dalam warna panas, biasanya terdiri dari warna merah menuju kuning. Warna merah memiliki sifat hangat bersemangat, penuh gairah hidup, kuat, berani, dan mandiri. Warna kuning memiliki karakteristik cerah, gembira, aktif, cerdas, ekspresif dan menarik perhatian. Sedangkan orange memiliki sifat percaya diri, tidak mudah putus asa dan pemberani. Warna- warna secara psikologis dapat membangun mood sesuai dengan nuansa dan karakter warna tersebut. 

Branding 

    Dalam dunia bisnis, istilah branding mengacu pada kegiatan kegiatan komunikasi yang dilakukan perusahaan dalam rangka proses membangun dan membesarkan merek yang dimiliki perusahaan. Pesatnya pertumbuhan dunia digital menyebabkan bergesernya jugia trend dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa visual dalam penyampaian menjadi gaya baru. Orang berbondong-bondong untuk meningkatkan dunia kreatif. Hal ini menjadi angina segar bagi para penggiat dunia kreatif. 

    Ethnography pemasaran adalah sebuah pendekatan riset kontemporer yang membantu memperoleh consumer insights secara lebih nyata dan mendalam. Banyak contoh lahirnya ide produk baru dan ide komunikasi iklan yang berhasil, karena kekuatan consumer insights yang insightful. Contohnya adalah pengembangan produk dan komunikasi iklan iPod dan produk-produk Apple lainnya. 

    Dalam kasus ini, banyak sekali produk yang menggunakan warna-warna panas sebagai branding mereka. Hal ini mempermudah dalam penelitian dengan membandingkan produk satu dengan lainnya. Tidak hanya dengan warna panas karena penggunaan warna pada produk tidak terbatas pada satu skema warna. Pengambilan contoh menggunakan warna lainnya dapat digunakan bahan untuk membandingkan bagaimana sebenarnya perbedaan warna mampu memberikan dampak yang berbeda. Contohnya produk yang menggunakan warna merah ada produk motor Ducati yang menggunakan warna merah sebagai warna utamanya. Tidak hanya Ducati, seperti yang kita ketahui produk otomotif dari Italia juga menggunakan warna merah sebagai warna utamanya yaitu Ferrari.Selain itu, ada perusahaan produsen alat musik yang menggunakan warna merah untuk setiap produknya yaitu Nord Keyboard. Dalam industri makanan, raksasa dari Amerika yang menguasai pasar makanan fastfood di Indonesia, McDonald.

 

     Melihat contoh-contoh diatas, dapat dilihat bahwa produk-produk atau perusahaan tersebut adalah perusahaan yang maju di bidangnya. Seperti yang kita ketahui bahwa perusahaan otomotif asal Amerika, Ducati dapat dikatakan menguasai pasar otomotif dengan produknya juga yang memiliki ciri-ciri kuat, dan tidak kenal kata kalah. Sebagai salah satu tim yang mengikuti series MotoGP, Ducati dikenal sebagai tim yang mengandalkan kekuatan. Hal ini berdampingan dengan karakter atau ciri dari warna merah yang berani, kuat, dan bertenaga. Secara tidak langsung, Ducati ingin menunjukkan dominasinya dengan menggunakan warna merah.


 Logo Nord: (Sumber : https://pbs.twimg.com)

    Nord merupakan salah satu produsen alat musik (keyboard) terkemuka yang berasal dari Swedia. Salah satu keunikan dari produk ini adalah penggunaan warna merah pada setiap produknya. Nord keyboard boleh dibilang merupakan salah satu produsen keyboard  paling mutakhir karena produknya bisa menjangkau  kalangan-kalangan atau musisi-musisi hebat.  Penggunaan warna merah pada setiap produknya  seperti ingin mengatakan bahwa Nord Keyboard  mampu menjadi pionir dalam bidang alat music  khususnya keyboard. 

PEMBAHASAN 

    Dari kedua contoh diatas dapat diambil analisis bahwa penggunaan warna panas pada suatu produk mampu memberikan dorongan branding yang melekat pada produk tersebut. Seperti jika kita menonton acara MotoGP,tentunya kita mengetahui mana motor dari tim Ducati. Ataupun jika kita menonton konser lalu melihat keyboard berwarna merah, tentu saja itu pasti Nord. Stereotip seperti itu yang menjadi keunggulan suatu produk ketimbang produk lainnya. Namun, penggunaan warna panas kali ini dibahas karena warna panas lebih mencolok ketimbang warna lainnya. Warna merah merupakan salah satu warna yang memiliki gelombang cahaya yang paling mudah ditangkap mata. Sehingga, tentunya pasti akan mudah mengenali produk yang menggunakan warna merah ketimbang biru.

 
Produk-produk Nord Keyboard (Sumber : https://www.megamusiconline.com.au) 

    Dari kedua contoh diatas dapat diambil analisis bahwa penggunaan warna panas pada suatu produk mampu memberikan dorongan branding yang melekat pada produk tersebut. Seperti jika kita menonton acara MotoGP,tentunya kita mengetahui mana motor dari tim Ducati. Ataupun jika kita menonton konser lalu melihat keyboard berwarna merah, tentu saja itu pasti Nord. 

    Stereotipe seperti itu yang menjadi keunggulan suatu produk ketimbang produk lainnya. Namun, penggunaan warna panas kali ini dibahas karena warna panas lebih mencolok ketimbang warna lainnya. Warna merah merupakan salah satu warna yang memiliki gelombang cahaya yang paling mudah ditangkap mata. Sehingga, nantinya pasti akan mudah  mengenali produk yang menggunakan warna merah  ketimbang biru.

 

RINGKASAN

    Makna warna menjadi fokus utama dalam konteks kehidupan, menggambarkan aspek visual, simbolis, dan komunikatif. Warna, sebagai cahaya yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, memegang peranan penting dalam berbagai aspek masyarakat. Studi tentang makna, secara kompleks, melibatkan berbagai disiplin ilmu, mencakup filsafat, linguistik, neurologi, semiotik, pragmatik, dan semantik. Wassilly Kandinsky memberikan pandangan baru terhadap warna, menghubungkannya dengan seni, musik, dan realitas dalam suatu efek sensasional. Teori makna warna dibahas melalui referensi, psikologis, dan sosial makna. Dalam konteks Bali, referensi makna ditemukan dalam Kitab Shilpa Shastra dan Vaastu Shastra, memandu seni dengan prinsip kegunaan, estetika, dan kepuasan batin. Psikologis makna mencakup peran terapeutik warna dalam mengatasi beban psikologis, memanfaatkan warna sebagai alat terapi. Sementara itu, sosial makna memberikan pandangan pada peran warna dalam konteks Hindu Bali, dengan warna yang menyimbolkan aspek sosio-kultural, filosofi, mitologi, dan estetika dalam seni, adat, dan budaya.

    Pengaruh psikologi kombinasi warna dianalisis melalui teori warna, lingkaran warna, dan harmoni. Teori kombinasi warna, terutama yang terkait dengan lingkaran warna, melibatkan pendekatan split complementary, triadic, dan tetradic (double complementary). Psikologi warna Johann Wolfgang von Goethe dan Johannes Itten juga memberikan wawasan tentang pengaruh emosional dan psikologis dari warna dan kombinasinya. Implementasi warna panas dalam branding digambarkan melalui contoh produk, seperti Ducati dan Nord Keyboard, yang berhasil membangun identitas kuat melalui penggunaan warna merah. Warna panas, terutama merah, memberikan kesan kuat, bersemangat, dan menarik perhatian, memainkan peran krusial dalam membentuk citra dan branding suatu produk atau perusahaan.


KESIMPULAN

Makna Warna: Jembatan Antara Fisik dan Spiritual 

    Dalam artikel ini, penulis mengeksplorasi tiga dimensi makna warna: referensi, psikologis, dan sosial. Konsep makna referensi menggambarkan penggunaan warna sebagai acuan, sementara makna psikologis mencakup pengaruh warna terhadap perkembangan pemikiran, emosi, dan perasaan dalam seni dan kontemplasi warna alam. Aspek sosial menyoroti bagaimana warna dapat membangkitkan kesadaran manusia terhadap alam semesta, menekankan pentingnya menjaga keseimbangan lahir dan batin. Warna dijelaskan sebagai jembatan antara dunia fisik dan spiritual, dari seni dan budaya hingga ranah ideologi, filosofis, dan simbolis. Pembahasan juga mencatat bahwa warna memiliki roh yang menghidupkan semangat keseimbangan, keselarasan, dan estetika dalam makro dan mikrokosmos. Kesimpulan menekankan pentingnya terus meneliti proyeksi ke depan cahaya/warna, menggambarkan sifat terapeutik dari penggunaan warna.

Pengaruh Psikologi Kombinasi Warna: Antara Kesan Positif dan Negatif

    Artikel ini membahas dua pandangan terkait pengaruh psikologis kombinasi warna menurut Goethe dan Itten. Kombinasi warna seperti Split Complementary, Triadic, dan Tetradic memiliki dampak yang berbeda pada pemirsa. Kombinasi warna dapat menciptakan kesan positif seperti keceriaan, kasih sayang, dan rasa tenang, sementara kombinasi tertentu dapat menimbulkan dampak negatif seperti cemas, rentan, dan melankolis. Penelitian ini memberikan wawasan yang mendalam tentang bagaimana pemilihan kombinasi warna dapat digunakan untuk membangun kesan dan emosi yang diinginkan dalam desain visual.

Implementasi Warna Panas dalam Branding: Karakter yang Mencolok dan Kuat

Fokus artikel ini adalah pada implementasi warna panas dalam branding dan desain. Warna panas, yang dinyatakan memiliki karakter mencolok, berani, kuat, dan hangat, dapat memberikan efek yang positif pada produk. Karakteristik ini dapat membantu produk dikenal lebih mudah, menghasilkan proses branding yang lebih efektif. Dengan menyajikan karakteristik warna panas, artikel ini memberikan pandangan tentang bagaimana pemilihan warna dapat mempengaruhi persepsi konsumen dan memudahkan komunikasi visual dalam mencapai tujuan branding.


DAFTAR PUSTAKA

Karja, I. Wayan. "Makna warna." Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasional Republik Seni Nusantara. Vol. 1. 2021.

Yogananti, Auria Farantika. "Pengaruh psikologi kombinasi warna dalam website." ANDHARUPA: Jurnal Desain Komunikasi Visual & Multimedia 1.01 (2015): 45-54.

Adi, Gamaliel Bharoto. "Dampak penggunaan warna panas dalam upaya branding suatu produk." Productum: Jurnal Desain Produk (Pengetahuan dan Perancangan Produk) 3.2 (2017): 58-61.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Literatur Review mengenai Kajian Semiotika dalam Poster Film Anime Spirited Away

KERANGKA TEORITIK ESTETIKA IMMANUEL KANT DALAM DESAIN POSTER KARYA OLLY MOSS "SPIRIDE AWAY"