Literatur Review mengenai Kajian Semiotika dalam Poster Film Anime Spirited Away

 1. Audria, Aidil, and Hamdani M. Syam. "Analisis Semiotika Representasi Budaya Jepang Dalam Film Anime Barakamon." Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik 4.3 (2019).

Budaya ialah cara manusia hidup mulai dari belajar berpikir, merasakan, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya, atau budaya itu adalah sebuah kebiasaan yang diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya hingga melekat dan tidak bisa dipisahkan dari manusia itu sendiri. Seiring berkembangnya zaman, budaya juga ikut berkembang sehingga budaya asing mudah masuk dan mempengaruhi pola hidup masyarakat sehari-hari, salah satunya budaya Jepang.

Jepang merupakan bagian negara Asia yang wilayahnya terdiri atas empat buah pulau besar dan ribuan pulau kecil. Jepang juga memiliki budaya pop. Budaya pop Jepang adalah salah satu budaya yang paling populer di dunia dalam beberapa tahun terakhir. Hal tersebut dikarenakan, popularitas produk kebudayaan Jepang seperti anime dan manga sangatlah besar, terutama sudah memiliki jangkauan audiens yang sangat luas serta mencangkup di berbagai kalangan. Pada tahun 2014, kementrian luar negeri Jepang mengumumkan “Pop Culture Diplomacy” sebagai salah satu agenda politik luar negeri mereka. Pada tahun 1990-an, Jepang memperkenalkan budaya-budayanya ke seluruh dunia melalui TV show Jepang, salah satunya film anime atau animasi yang diproduksi oleh Jepang itu sangat populer di Indonesia. Karena salah satu cara jepang berdamai dengan negara lain dengan menciptakan anime anime mampu merubah pola pikir masyarakat Indonesia yang dulunya menganggap Jepang sebagai negara penjajah, namun tidak demikian halnya saat anime mulai diterima, dan akhirnya Jepang pun dianggap bersahabat karena memegang teguh budayanya, kemudian hal ini mendapat respon positif dari rezim pemerintah orde baru, hingga sampai saat ini budayanya telah diterima luas oleh masyarakat Indonesia

Film merupakan salah satu media komunikasi massa yang memiliki kapasitas untuk memuat pesan yang sama secara signifikan sebagai saluran penarik pesan untuk manusia. Film dapat memperoleh informasi dan gambar tentang realitas maupun yang sudah diseleksi.

Anime Barakamon dengan total 12 episode berdurasi 23 menit per episodenya dengan genre comedy, slice of life, kemudian Barakamon ditujukan untuk remaja dan tayang pada musim panas mulai tanggal 06 Juli 2014 sampai 28 September 2014 dan memiliki skor 8.3, adalah anime yang memberikan gambaran kepada penonton bagaimana kehidupan di desa dan unsur-unsur budaya Jepang yang lebih tradisional dibandingkan dengan kebanyakan anime yang lainnya. Anime ini dapat ditemukan di myanimelist.net, 2014. jurnal ini melalui pendekatan semiotika dengan mencari nilai-nilai dan makna dari setiap tanda pada anime tersebut. Film Anime Barakamon menceritakan kisah seorang seniman kaligrafer kanji yang harus tinggal di sebuah desa, karena memukul seorang direktur kesenian. Selama di desa dia harus bisa beradaptasi dan membiasakan diri pada kebiasaan-kebiasaan di desa tersebut.

Jurnal ini menggunakan teori Roland Barthers dengan konsep representasi budaya. Metode yang digunakan yaitu kualitatif deskriptif. Pengumpulan data menggunakan dokumentasi berupa video, buku-buku, internet, dan lain sebagainya. Teknik analisis pada jurnal ini menggunakan signifikasi dua tahap yang dikemukakan oleh Roland Barthers yaitu denotasi, konotasi, dan mitos. Denotasi merupakan tanda yang tampak pada suatu objek. Makna konotasi adalah makna yang menjelaskan arti dari suatu tanda yang tampak pada makna denotasi tersebut. Sedangkan Mitos merupakan makna yang timbul dari makna konotasi atau makna yang berkaitan dengan kebudayaan dan kepercayaan masyarakat untuk mendukung penjelasan dari makna konotasi. Hasil jurnal menunjukkan 9 scene dalam 12 episode yang mengandung budaya Jepang yaitu pada scene 15 episode 1 (cara meminta maaf di Jepang), scene 19 episdoe 3 (melempar kue mochi sebagai rasa syukur), scene 9 episode 4 (representasi kanji), scene 2 episode 6 (tatakrama saat makan di Jepang), scene 5 episode 6 (cara memanggil nama orang di Jepang), scene 2 episode 7 (Dewa Ebisu sebagai simbol keberuntungan), scene 6 episode 8 (perayaan festival obon), scene 9 episode 9 (kebiasaan berendam bagi masyarakat Jepang), scene 9 episode 10 (perayaan matsuri di Jepang). Hasil temuan scene-scene dalam film ini, merupakan bentuk budaya Jepang yang divisualisasikan beberapa menyangkut kebiasaan dan nilai agama. Secara tidak langsung, gambaran yang ingin disampaikan berkenaan dengan gambaran kehidupan masyarakat Jepang. Melalui mitos budaya yang ditampilkan dalam film, sebagai symbol budaya yang kuat. Representasi budaya Jepang yang digambarkan melalui film anime Barakamon berupa tanda yang bersifat verbal dan nonverbal, yang dijadikan peneliti sebagai tanda dalam memaknai sebuah tanda. Makna denotasi pada film ini merupakan apa yang tampak pada kisah tokoh utama dalam film ini. Makna konotasinya berupa penjelasan dari makna denotasi. Mitos pada film ini berupa kebudayaan yang yang dipengaruhi oleh kepercayaan agama.


2. Semiotika, Bunkasai. "Bunkasai, Kajian Semiotika Budaya Kontemporer Dari Pengaruh Film Jepang." Jurnal Proporsi 2.1 (2016).

Budaya dalam Cultural bukanlah budaya yang didefinisikan dalam pengertian sempit sebagai objek keadil huhungan estetis (‘seni tinggi’); juga bukan budaya yang didefinisikan dalam pengertian yang sama-sama sempit, yaitu sebagai proses perkembangan estetik, intelektual, dan spiritual; melainkan budaya yang dipahami sebagai teks dan praktik hidup sehari-hari. Inilah definisi budaya yang melibatkan budaya pop bergerak melampaui eksklusivitas sosial dan sempitnya definisi budaya ini. Isu-isu seni dan pengaruh kebudayaan luar sangat mudah ditemui dan bermunculan dimana-mana, karena pengaruh media massa yang terus dikonsumsi melalui televisi, gadget, internet dan sebagainya. Pergaulan dan pola pikir pun menjadi taruhannya. Seperti halnya budaya dari Jepang yang memiliki banyak budaya popular yang diakui, dinikmati, disebarluaskan ke mancanegara. Budaya popular Jepang seperti fashion, acara televisi, manga, anime, permainan computer, dan music, serta jalan hidup mayoritas masyarakat Jepang telah memasuki kawasan Asia, berawal dari idola dan animasi, budaya Jepang menciptakan banyak komunitas penggemar di kawasan Asia.

Film menjadi salah satu faktor pengaruh budaya Jepang yang disebar melalui media massa di Indonesia. Film-film jepang ini tidak tersebar melalui stasiun televisi swasta Indonesia, melainkan melalui situs-situs internet. Film Jepang seperti anime sangat diminati semua kalangan di Indonesia. Salah satu film terkenal jepang adalah anime. Anime merupakan istilah singkatan untuk menyebutkan film animasi jepang. Kata tersebut berasal dari kata animation yang dalam pelafalan bahasa jepang menjadi animeshon. Anime telah menjadi komoditas internasional, semakin menarik perhatian banyak akademisi maupun dari berbagai bidang maupun Negara. Terdapat dua pendapat jurnal mengenai anime. Pertama, anime merupakan bagian kunci dalam budaya visual popular Jepang. Di tengah besarnya peran media massa dalam masyarakat Jepang, anime dan manga (komik Jepang) menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat Jepang yang sangat tampak. Kedua, anime berperan penting dalam pembentukan mediascape global, baik cetak maupun elektronik.

Jepang disebut sebagai “image world” oleh McWilliams, dimana media massa Jepang yang sangat visual dikonsumsi tidak hanya masyatakat Jepang, namun juga kini oleh masyarakat global. Anime dikenal di Indonesia dengan sebutan kartun pada tahun 1990-an. Masuknya film-film kartun yang ditayangkan di televisi lokal seperti film Astro-Boy, Doraemon, Dragon Ball, Gundam, mulai mendongkrak popularitas anime. Pada tahun 2000, anime mulai meroket drastis dengan hadirnya variasi genre. Anime bergenre action dan fantasy sangat diminati dan sangat fresh pada masa itu, seperti Naruto, One Piece, Samurai X, Inuyasha, Detective Conan, dan banyak lagi. Pengaruh perkembangan anime menjadi budaya popular di Indonesia, khususnya kota-kota besar yang dimana para penggemarnya bukan hanya dari kalangan anak-anak tetapi juga berasal dari kalangan remaja dan dewasa.

Produk masyarakat industrial ialah dimana kegiatan pemaknaan dan hasil kebudayaan ditampilkan dalam jumlah besar dan dianggap dengan bantuan teknologi produksi, distribusi, serta penggandaan massal, sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat yang disebut dengan budaya popular. Otaku merupakan salah satu sebutan bagi pelaksana kebudayaan popular ini, seperti mengoleksi series anime maupun action figure, mereka juga mulai berkumpul membentuk komunitas untuk berbagi (sharing) hingga mengadakan event-event budaya jepang. Antusiasme masyarakat terhadap anime terasa tinggi, fenomena tersebut dapat dilihat dari maraknya event-event yang bertajuk jejepangan diadakan di kota-kota besar Indonesia. Acara-acara ini selalu diadakan tahunan dan disambut positif serta dihadiri banyak massa dari berbagai kalangan. Sebagai salah satu contoh ialah acara Bunkasai USU 2018.

Bunkasai (文化 ) merupakan sebuah acara tahunan yang diselenggarakan oleh sebagian besar sekolah hingga universitas di Jepang. Event ini kemudian diadaptasi di berbagai daerah di Indonesia. Bunkasai di Indonesia umumnya berpadu antara budaya Indonesia dan Jepang. Sebagai representasi acara yang diadakan oleh Fakultas Budaya Universitas Sumatera Utara (AotakeHinode) melalui program studi Sastra dan Bahasa Jepang bekerja sama dengan Konsulat Jendral Jepang di Medan dengan membuat event Bunkasai USU 2018. Bunkasai merupakan salah satu bentuk dampak dari perkembangan budaya popular Film jepang. Terdapat berbagai kegiatan-kegiatan yang menyuguhkan kebudayaan jepang pada acara tersebut. Salah satunya adalah kegiatan perlombaan Costum Player atau biasa dikenal Cosplay yang mampu menarik masyarakat dalam kota maupun luar kota.

Perkembangan semiotika pada film menjadi sebuah metode dan pengaruh dari tiga orang yatu; Christian Metz, Juri Lotman dan Rolan Barthes. Metode interpretasi film ini adalah bagaimana film tersebut mempunyai signifikansinya sebagai penandaannya. Danesi Dalam opininya dikatakan film sebagai suatu teks sinematik yang telah memperluas kategori-kategori yang dibuat oleh bahasa dengan menggabungkan dialog, musik, adegan dan peran dalam suatu caranya yang kohesif. Rose juga Kress berpendapat bahwa ideologi juga mempunyai peranan penting untuk memunculka signifikasi tanda-tanda. Rose, mendasarkan pandangannya pada pendapat Williamson (1978) dan Barthes (1973), menegaskan pemisahan struktural metafora tanda yang mengarah pada metonimic, yaitu tanda yang berasosiasi dengan suatu dan kemudian mempressentasikan sesuatu, dan sinekdot, yaitu tanda spesial yang dapat mempresentasikan keseluruhan makna atau sebaliknya. Menurut Ferdinand De Saussure semiotik dibagi menjadi dua bagian (dikotomi) yaitu penanda (signifier) dan pertanda (signified). Penanda dilihat sebagai bentuk/wujud fisik dapat dikenal melalui wujud karya arsitektur, sedang pertanda dilihat sebagai makna yang terungkap melalui konsep, fungsi dan/atau nilai-nlai yang terkandung didalam karya arsitektur. Sausser mengembangkan penanda dan petanda menjadi signifikasi, ialah sistem tanda yang mempelajari relasi elemen tanda dalam sebuah sistem berdasarkan aturan atau konvensi tertentu. Kognisi sosial diperlukan untuk dapat memaknai tanda tersebut. Menurut Saussure, tanda terdiri dari: Bunyi-bunyian dan gambar, disebut signifier atau penanda, dan konsep-konsep dari bunyi-bunyian dan gambar, disebut signified.

Jurnal “Bunkasai, Kajian Semiotika Budaya Kontemporer dari pengaruh Film Jepang” ini menggunakan metode jurnal kualitatif menggunakan pendekatan semiotika. Metode pengumpulan data dengan studi pustaka, observasi, dan wawancara. Data kualitatif atau statistik dianalisis melalui metode konstan komparatif. Semua data mengenai Film Nagabonar yang didapatkan berupa rekaman audio visual, wawancara, catatan lapangan, maupun kepustakaan diklarifikasi sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Kemudian data-data tersebut dianalisa berdasarkan teori yang digunakan. Dari hasil analisa tersebut didapatlah kesimpulan yang menjawab segala pertanyaan yang ada pada rumusan masalah.

Hasil jurnal menjelaskan adanya pengaruh kuat dari Film jepang terhadap event Bunkasai dimana lebih banyak menghadirkan budaya popular jepang di banding budaya asli jepang, seperti Karakter Cosplay Uchiha Sasuke, Uchiha Itachi, Chouji, Aburame Shino dari anime Naruto Shippuden. Karakter Cosplay Kikyo dari anime Inuyasha, Karakter Cosplay Kamen Rider Kuuga, Karakter Cosplay Shishio Makoto dari anime Rorouni Kenshin (Samurai X), Karakter Cosplay Megumin dari anime Kono Subarashii Sekai ni Shukufuku wo, Karakter Cosplay Kaneki dari anime Tokyo Ghoul, Cosplay Scouting Legion dari anime Shingeki No Kyoujin, Cosplay Asuna dari anime Sword Art Online,

Hal ini menjadikan kekayaan keragaman budaya indonesia ini sedikit demi sedikit telah luluh dan menghilang digantikan oleh budaya-budaya modern yang dianggap lebih maju. Budaya-budaya yang menggiring manusia pada pendangkalan makna. Industri budaya memproduksi budaya yang bersifat homogen dengan standar karakter karakter yang dianggap ideal. Karakter karakter manusia yang unik menjadi homogen sesuai standar standar yang di kontruksi oleh industri budaya. Manusia tidak lagi dapat memahami secara mendalam apa yang menimpa mereka saat ini, terutama pengaruh televisi yang dirasa membuat manusia sangat dangkal dalam memahami fenomena kehidupan. Film Anime menjadi menjelma sebagai image yang sangat berpengaruh dalam mendoktrin masyarakat khususnya kalangan remaja yang mengkonsumsi film tersebut. Fenomena ini memunculkan banyak istilah - istilah, event-event, serta komunitas jejepangan. Bunkasai merupakan salah satu bukti pengaruh besar dari sebuah film anime yang dimana konten dari acara tesebut di dominasi oleh film (anime) Jepang.


3. Widya, Ningrum Putri, and Oemiati Sri.  "REPRESENTASI BUDAYA JEPANG DALAM ANIME KAMISAMA HAJIMEMASHITA-ANALISIS SEMIOTIKA.Prosiding Seminar Nasional Linguistik dan Sastra. 2022.

Negara jepang merupakan negara dengan banyak produksi karya sastra terutama dalam karya film yang banyak digemari orang banyak yaitu film anime. Karya sastra dibuat dengan memainkan imajinasi penulis berdasarkan realitas kehidupan sosial penulis. Karya sastra dibuat dengan tujuan selain sebagai karya juga sebagai hiburan, pendidikan, keindahan, moral, dan relogius. Salah satu bentuk karya sastra adalah film.  Film adalah media yang cocok untuk pengiplementasian karya sastra. Dalam kasus ini, film yang ditujukan adalah film anime Kamisama Hajimemashita.

Film anime Kamisama Hajiemashita merupakan adaptasi dari manga shojo yang ditulis oleh Julietta Suzuki, di season pertama yang ditayangkan pada Oktober 2012 dengan genre comedy, romantis dan supranatural. Kamisama Hajimemashita adalah film yang menceritakan tentang seorang gadis SMA yang bernama Nanami yang bertemu lelaki paruh baya bernama Mikage secara tidak sengaja. Kehidupan Nanami berubah drastis, dari seorang gadis remaja pada umumnya menjadi seorang dewi.

Pembedahan dilakukan untuk menganalisis semiotika dalam film Kamisama Hajimemashita. terdapat beberapa scene yang menunjukkan kebudayaan Jepang pada anime Kamisama Hajimemashita. Teori yang digunakan untuk menganalisis representasi kebudayaan Jepang dalam penelitian ini adalah teori Semiotika Roland Barthers, membahas tentang denotasi, konotasi dan mitos. Dengan metode deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan 7 scene dalam 13 episode yang mengandung budaya Jepang antara hubungan latar dan properti, pemeran baik pemeran utama, pemeran pembantu, maupun pemeran figuran, dialog dan tulisan. yaitu terdapat pada scene 2 episode 1, scene 1 episode 2, scene 2 episode 3, scene 1 episode 6, scene 4 episode 6, scene 6 episode 13, scene 7 episode 13.

Hubungan Antara Latar dan Properti: Denotasi pada scene 2 episode 1 Disebuah gerbang (tori) kuil Shinto pada malam hari. Konotasinya adalah gerbang atau tori dari sebuah kuil Shinto merupakan tempat yang dianggap sebagai kawasan suci sehingga di pintu masuk kuil dibangun ‘tori’ sebagai garis perbatasan selang kompleks kuil yang sakral dan lingkungan kehidupan. Mitosnya sebuah kuil suci, dari bentuk gerbangnya yang memang identik dan bukan hanya hiasan saja. - Denotasi pada scene 1 episode 2 Berada di dalam kuil dengan pakaian adat tradisional Jepang yang bernama Kimono. Konotasinya adalah Biasanya kimono dipakai oleh masyarakat Jepang dalam upacara formal sera festival. Mitosnya pemakaian kimono disini melambangkan kesucian seorang dewi. Dan orang-orang saat berada di dalam kuil. - Denotasi Scene 1 episode 6 Di ruang makan dengan meja kecil dan duduk bersimpuh. Konotasinya adalah adat Jepang dalam aturan makan ditandai dengan adanya meja untuk makan yang pendek kemudian duduk bersimpuh. Dan makan maupun minum dengan cara mengangkat mangkuk dan makannya sambil memegang mangkuk masing-masing. Begitupun saat minum. Mitosnya bahwa meja dan cara makan memperlihatkan secara jelas bahwa itu property dan cara orang Jepang makan. - Denotasi Scene 7 episode 13 Di sebuah festival yang terlihat adanya lampu-lampu merah, dan banyaknya pengunjung serta pedagang di dalamnya. Konotasinya adalah beragam jenis festival di Jepang tiap musimnya. Mitosnya festival di Jepang mengangkat acara budaya mengenai keagamaan atau hanya untuk pameran saja. - Denotasi Scene 6 episode 13 digambarkan dengan pakaian yang dikenakan bernama ‘shishi’. Konotasinya adalah tari kagura merupakan berasal dari sebelum abad ke-14. Tarian ini biasanya mementaskan kisah dari kojiki, sebuah kumpulan mitos dan legenda yang sering menceritakan tentang peperangan antara dewa dan iblis. tarian ini dipentaskan oleh gadis kuil sebagai tarian istana kekaisaran maupun di kuil Shinto. Mitosnya tarian kagura melambangkan tarian untuk dewa-dewa yang disembah di setiap desa.

Hubungan antar pemeran baik pemeran utama, pemeran pembantu, maupun pemeran figuran: Denotasi Scene 3 episode 3 dan scene 1 episode 2 memperlihatkan seorang anak buah dewi tetap menemani dan selalu siap jika sang dewi membutuhkannya. Konotasinya adalah melambangkan kesetiaan, artinya terdapat seorang pembantu yang setia kepada dewi nya. Mitosnya selalu siap saat dewi membutuhkan pertolongan maupun kesusahan

Hubungan antar dialog dan tulisan: Denotasi Scene 2 episode 3 Pada scene diatas terlihat pembantu dewi sedang berbicara dengan pembantu kuil yang pembantu dewi yang lain dengan imbuhan ‘dono’ yaitu “Tomoe dono”. Konotasinya adalah di Jepang untuk memanggil nama seseorang pasti selalu ditambah akhiran seperti ~san, ~sama, ~shi, ~chan, ~kun, ~tan, ~dono. Panggilan-panggilan tersebut menyesuaikan posisi. Misal untuk memanggil nama formal seperti ~san, ~sama, _~dono, _~shi. Kemudian untuk yang lebih akrab _~chan, _~kun, _~tan. Mitosnya Pada scene ini melambangkan tingkat kesopanan saat memanggil orang. - Denotasi Scene 4 episode 6 Pada scene ini menunjukkan petunjuk ruang kelas dengan kanji 音楽室 yang artinya ruang musik. Konotasinya adalah kanji merupakan salah satu jenis aksara jepang yang biasanya dipakai untuk melambangkan konsep atau ide (kata benda, kata kerja, kata sifat, dan kata keterangan) terhadap kehidupan masyarakat Jepang. Mitosnya Aksara ini diadaptasi oleh masyarakat Jepang pada zaman dahulu dari Tiongkok, untuk menyebut huruf tersebut adalah ‘Hanzi’. Hanzi diserap oleh masyarakat Jepang, dan jadilah huruf kanji seperti yang kita kenal sekarang.

Hasil menunjukkan terdapat 7 scene dalam 13 episode yang menunjukkan budaya Jepang. Yaitu antara lain pada scene 2 episode 1 (kepercayaan orang jepang, tempat beribadah), scene 1 episode 2 (pakaian orang Jepang), scene 2 episode 3 (cara memanggil orang di Jepan), scene 1 episode 6 (tatakrama makan di Jepang), scene 4 episode 6 (representasi kanji), scene 6 episode 13 (tari kagura), scene 7 episode 13 (perayaan festival musim gugur). Pada scene-scene diatas pada anime Kamisama Hajimemashita ini, ialah sebagai bentuk budaya Jepang yang digambarkan terkait dengan kebiasaan serta nilai agama seperti tanda verbal dan non-verbal pada setiap scene mengenai budaya-budaya Jepang. Kemudian gambar yang divisualisasikan secara tidak langsung terlihat berkenaan dengan kehidupan masyarakat Jepang. Kemudian melalui kepercayaan orang Jepang yang terdapat dalam anime, sebuah hal yang menjadi simbol budaya, terutama budaya yang seringkali dilakukan oleh orang Jepang pada musim gugur.


4. San, San, Ni Luh Putu Ari Sulatri, and Ni Putu Luhur Wedayanti. "Representasi Budaya Jepang dalam Ryokan pada Anime Hanasaku Iroha."

Ryokan merupakan tempat penginapan tradisional Jepang yang memiliki makanan, pemandian air panas, dan juga pelayanan. Tempat ini dapat ditelusuri dengan adanya fuseya dari Zaman Nara (710-784). Fuseya sendiri merupakan rumah peristirahatan gratis, tempat fasilitas pertama di Jepang untuk para penjelajah yang menginap semalam. Fuseya ini dikelola oleh biksu Buddha untuk membantu orang-orang yang melakukan perjalanan jauh. Pada masa itu, dengan fasilitas transportasi dan infrastruktur yang belum berkembang, perjalanan menjadi berbahaya karena orang-orang tidak punya pilihan selain tidur di tempat terbuka. Kemudian, pada tahun 1950-an ketika Jepang mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat, orang Jepang mulai menikmati perjalanan untuk berwisata dan sejak saat itu, ryokan mulai dibangun untuk kepentingan wisata (Japan Ryokan and Hotel Association, 2010). Fasilitas dan eskterior yang di miliki Ryokan bernuansa tradisional Jepang baik interior maupun eksteriornya. seperti tatami ’semacam tikar yang terbuat dari jerami’, shoji ‘pintu geser’, futon ‘tempat tidur tradisional Jepang’ dan lainnya. Bahkan sampai saat ini ryokan masih menjadi salah satu pilihan bagi masyarakat Jepang maupun wisatawan asing sebagai tempat menginap.

Salah satu konsep masyarakat budaya jepang sebagai interaksi sosial antar hubungan manusia, tetapi juga dapat dilihat representasinya dalam bangunan-bangunan yang ada pada ryokan, konsep budaya tersebut disebut dengan uchi-soto. Konsep budaya tersebut direpresentasikan pada Anime Hanasaku Iroha, menggambarkan dengan baik ciri khas ryokan sebagai penginapan tradisional Jepang yang tidak akan ditemukan di penginapan biasa.

Jurnal ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik ryokan yang digambarkan dalam anime Hanasaku Iroha serta representasi budaya Jepang dalam ryokan. Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak, analisis data menggunakan metode deskriptif, dan penyajian analisis data menggunakan metode informal. Teori yang digunakan yaitu Teori Antropologi Sastra dan Teori Semiotika Roland Barthes.

Berdasarkan hasil jurnal diketahui bahwa penggambaran ryokan dalam anime Hanasaku Iroha terbagi atas lokasi ryokan seperti kota-kota besar dan onsen alami. Berdasarkan survey tahun 2014, ryokan terbanyak berada di prefektur Shizuoka mencapai 2.968 ryokan, pada prefektur Nagano sebanyak 2.487, dilanjutkan oleh prefektur Hokkaido, Niigata, Mie, dan lainnya. Adapun Tokyo yang berada pada urutan ke-9. Kebanyakan dari ryokan dibangun di dekat onsen dengan tujuan agar tamu dapat menikmati onsen dengan panas yang alami dari pegunungan, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa ryokan dibangun juga di perkotaan.

Fasilitas makanan ryokan dalam anime terdapat kaiseki ryori pada umumnya terdiri dari sakizuke ‘makanan pembuka’, hassun ‘hidangan kecil dengan bahan lokal musiman’, mukozuke ‘ikan mentah’, takiawase ‘kombinasi dari sayuran dengan daging’, futamono ‘sup yang jernih dengan rasa yang ringan’, yakimono ‘lauk yang dibakar atau panggang’, sukazana ‘sayuran dengan cuka’. Menjelang akhir, tamu akan disajikan dengan gohan ‘nasi yang didampingi oleh sayuran atau hidangan laut’, konomono ‘acar’, tomewan ‘sup miso’, dan yang terakhir adalah mizumono ‘hidangan penutup’. penyajian makanan kaiseki ryori dapat diklasifikasi ruangan besar dan ruang tamu, jika rombongan maka dilakukan di satu ruangan besar, jika tamu datang bersama keluarga akan disajikan di kamar tamu tersebut.

Dalam representasi budaya pada ryokan, terdapat tiga konsep budaya yang ditemukan dalam data. Pertama adalah konsep uchi-soto yang terlihat dari area genkan dengan tamu sebagai soto dan staf sebagai uchi sehingga saat memasuki ryokan, tamu sudah memasuki area uchi dari ryokan.

Dalam anime diperlihatkan denotasi genkan memiliki fungsi sebagai tempat untuk menaruh alas kaki yang telah digunakan di luar dan berganti menjadi alas kaki yang telah disediakan di ryokan. Fungsi ini juga terdapat dalam rumah Jepang. Makna konotasi yang terkandung adalah genkan sebagai area yang memiliki konsep uchi-soto di dalamnya untuk menghindari kotoran dan debu yang akan masuk ke dalam ryokan guna untuk menjaga kebersihan di dalam ryokan. Tamu dengan sepatu yang dilepas di area genkan memiliki arti meninggalkan hal-hal yang berasal dari luar. Jika dilihat dari genkan pada rumah Jepang, uchi merupakan bagian dalam rumah yang terdiri dari tempat istirahat atau ruang untuk tidur, sedangkan soto merupakan roji ‘bagian luar rumah’. Hal ini juga terjadi dalam ryokan, tamu ryokan sebagai soto dan orang-orang dalam ryokan sebagai uchi. Saat tamu sudah melewati genkan dengan melepaskan sepatu mereka dan berganti menjadi alas kaki yang telah disediakan, memiliki arti bahwa mereka sudah memasuki area uchi dalam ryokan.

Kedua, representasi konsep wabi-sabi terlihat dari taman ryokan yang berfokus pada ketidaksempurnaan dan kesederhanaan. Konsep wabi-sabi sebagai konsep yang menekankan ketidaksempurnaan dapat dilihat dari taman ryokan. Taman bergaya yang terinspirasi dari aliran Buddha Zen yang dulunya mempengaruhi sastra dan seni musik serta arsitektur. Batu yang diletakkan secara acak dengan bentuk yang asimetri, semak-semak yang berada di antara bebatuan, dan beberapa tanaman liar dibiarkan secara alami merepresentasikan konsep ini. Secara denotasi, terlihat penggambaran taman yang merupakan bagian dari ryokan. Taman ryokan merupakan taman dengan gaya karesansui, karesansui adalah gaya taman yang sebelumnya penggunaan material utama seperti air, dengan pasir atau kerikil yang dianggap mampu mengabstraksikan air taman ini bergaya abstrak yang di sebut dengan karesansui. Secara konotasi, taman ryokan merupakan salah satu perwujudan konsep wabisabi. Taman dengan batu yang diletakkan secara acak dengan bentuk yang asimetri mengikuti alam, seperti semak-semak yang berada di antara bebatuan, dan beberapa tanaman liar dibiarkan secara alami. Hal ini memberikan ketenangan dan kesederhanaan yang dapat dirasakan oleh tamu yang berkunjung. Di taman, wabi-sabi mungkin muncul melalui pohon tua yang berlumut, pohon berbatu yang bertatahkan lumut, pagar kayu yang lapuk, gerbang logam yang teroksidasi dengan baik. Tanaman, pagar atau pohon tua itu dibiarkan tumbuh dan menua secara alami, dengan sedikit campur tangan manusia. Ini memberikan inspirasi telah bertahan hidup dalam kesulitan untuk tetap menjalankan fungsinya, dan masih memancarkan keindahan.

Ketiga, perwujudan konsep wa dan ma digambarkan dari ruangan washitsu yang menekankan pada harmoni dan ruang kosong. Denotasi terdapat pada ruangan washitsu dalam ryokan dan adanya perabotan yang menunjang washitsu. Washitsu dapat digunakan sebagai ruangan belajar, bekerja, makan, hingga ruang tidur. Dalam anime, washitsu sedang difungsikan sebagai ruang makan. Pada makna konotasi, ruangan washitsu merepresentasikan dari konsep wa yang menunjukkan bahwa adanya harmoni yang tergambarkan dari perabotan yang ada di dalamnya. Penggunaan bahan-bahan yang alami menonjolkan harmoni antara satu perabotan dengan perabotan lainnya, Reynolds mengatakan interior tradisional Jepang menggunakan bahan alami yang tersedia ataupun bahan daur ulang dan suatu hal yang berlebihan bertentangan dengan konsep wa. konsep ma dalam washitsu direpresentasikan melalui perabotan yang diletakkan dengan minimalis, hanya terdapat zaisu, chabudai, tokonama, beberapa lukisan sebagai dekorasi. perabotan ini diletakkan di tengah-tengah untuk memungkinkan adanya ruang kosong dalam washitsu. Adapun perabotan seperti futon yang tersimpan rapi dengan tujuan terwujudnya konsep ini. Hal ini memberikan lebih banyak ruang dan akses sehingga akan terciptanya rasa tenang bagi tamu yang menginap di ryokan. Tidak hanya perabotan seperti yang telah disebutkan di atas, penggunaan shoji dalam washitsu juga memiliki konsep ma. Penggunaan shoji ini memberikan lebih banyak akses karena menggambarkan bahwa adanya ruang kosong yang tercipta sehingga konsep ma dapat terwujudkan.

 

5. Bullah, Rahmat Habib. "Review Analisis Makna Cerita Anime “Dragon Ball”.Student Mini Discussion and Review 2 (2022).

Menampilkan cerita asal makna dari anime dragon ball, yang mana anime ini sangat populer di Jepang, Indonesia, maupun global. Dragon Ball adalah anime Jepang yang bergenre adventure story or a martial arts story, action, comedy, dan fantasy. Anime ini sangat populer sampai telah tembus views melebihi 300 juta lebih copies berasal semenjak rilis asal tahun1985-2021. Sebuah karya sastra yang menekankan betapa pentingnya untuk memahami dan mempromosikan pengetahuan di dalam masyarakat. Teks ini menunjukkan bahwa seorang guru yang baik akan memberikan keseimbangan antara pengetahuan dan pemahaman siswa, materi pelajaran yang diajarkan, dan jalur pembelajaran. Sastra juga membahas tentang peran bahasa dalam pendidikan, dengan menyatakan bahwa bahasa yang dimaksud adalah bahasa yang berasal dari bahasa refleksif yang mirip dengan bahasa aslinya tanpa menggunakan zat. Sastra juga membahas dua faktor penting dalam pembelajaran bahasa, yaitu adanya bahasa yang kuat, jelas, dan konsisten. Sastra membahas efek merugikan dari bahasa yang tidak dipahami terhadap pertumbuhan pengetahuan.

Poly makna yang terkandung pada dalam anime ini, baik itu nilai seni beladiri, budaya Jepang ataupun Cina, dapat dianalisis melalui Teknik buku komik yang dikenal sebagai metamorfosis digunakan untuk mengekspresikan karakter yang sering muncul dalam komik dan memiliki potensi untuk dijadikan film lain. Hal ini diekspresikan pada tahun 1990-an melalui plot serial anime Dragon Ball, yang dimaksudkan untuk menjadi sensasi di seluruh dunia. Menurut Toriyama sensei, manga ini dipengaruhi oleh manga Asia yang menceritakan kisah Pertempuran Buku Kudus. Namun, baru setelah editor manga mengumumkan bahwa Goku sering menjadi karakter utama di tahun 1990-an, manga ini menjadi banyak dibaca. Untuk mengatasi hal ini, Kame Sennin dan Krilin digambarkan sebagai pahlawan dan terlibat dalam pertempuran berdarah. Manga ini tidak begitu terkenal meskipun memiliki daya tarik yang luas sampai TOEI Animation memilih untuk membuat versi anime-nya. Anime petualangan, seni bela diri, aksi, komedi, dan fantasi “Dragon Ball” mengajarkan masyarakat pelajaran berharga tentang persahabatan dan nilai untuk tidak membuat penilaian cepat tentang orang lain hanya berdasarkan penampilan luar mereka, serta banyak pesan-pesan moral yang terkandung di dalam anime ini. Anime ini menggambarkan sosok yang bagak, pantang menyerah, serta selalu ingin melindungi orang sekitarnya, anime ini sangat populer buat anak-anak tahun 80s sampai tahun 2000an awal serta banyak fans asal anime ini aneka macam kalangan usia.

Kajian terhadap animasi “DRAGON BALL” karya Akira Toriyama yang dirilis antara tahun 1984 dan 1995 menjadi topik utama jurnal ini. Tujuan analisis ini adalah untuk menerjemahkan dari bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia, yang sekarang diawasi oleh Elex Media Komputindo di Indonesia. Jurnal ini juga menekankan betapa pentingnya budaya Jepang bagi diplomasi luar negeri, terutama ketika mempertimbangkan besarnya jumlah penduduk Jepang. Dengan sejarah panjang yang dimulai sejak tahun 1980-an, film Dragon Ball telah memberikan dampak yang sangat besar bagi masyarakat Jepang. Salah satu alasan utama popularitas Dragon Ball adalah perpustakaan buku komiknya yang sangat luas, yang hadir dalam empat volume: Dragon Ball, Dragon Ball Z, Dragon Ball GT, dan Dragon Ball Super. Jepang menyaksikan perilisan film ini.

Asal seluruh series yang telah disebutkan, Dragon Ball ialah sosok naga yg terdiri 7 bola. Bola tersebut mampu dipergunakan untuk mengabulkan permintaan seorang. Tetapi ada juga makna lain yg ada didalamnya, yaitu Bila kita ingin memperjuangkan sesuatu yg pada inginkan kita wajib memperjuangkan tersebut sampai maksimal ataupun bisa kita lakukan secara optimal. Dan Dragon Ball mempunyai makna tentang culture Jepang, seperti unsur beladiri dan kekeluargaan yang sangat erat serta kolaborasi pada pada suatu tim dalam film sangat diperlukan. Jika kita ingin mempunyai masa depan yang bagus, alangkah baiknya untuk memperjuangkan sejak sekarang, karena penyeselan itu hanya ada pada akhir dan percaya pada tuhan yang telah merencakan sesuatu yang indah untuk kita jika ingin berjuang terlebih dahulu.

 

6. Kembaren, Yohana Agatha, Gamal Kartono, and Mesra Mesra. "Analisis Karya Poster Berdasarkan Unity, Layout, Tipografi, Dan Warna.Gorga: Jurnal Seni Rupa 9.1 (2020): 121-126.

Peran pendukung wujudnya kepribadian manusia khususnya masyarakat Indonesia seutuhnya ialah melalui karya Seni Rupa, diantaranya adalah poster. Pendidikan Seni Rupa dapat membantu menumbuhkan karakter pada setiap pribadi yang mempelajarinya melalui kegiatan apresiasi dan kreasi. Poster ialah sajian kombinasi visual yang jelas, menyolok, dan menarik dengan maksud untuk menarik perhatian orang yang lewat. Pada karya anak SMA Negeri 1 Kabanjahe yang telah terkumpul masih banyak ditemukan penerapan-penerapan prinsip, unsur, dan elemen-elemen antar desain yang masih kurang paham tentang cara dan langkah-langkah membuat karya poster yang baik banyak ditemukan dari karya peserta didik tersebut tidak menerapkan azas-azas atau prinsip-prinsip poster seperti penerapan azas unity (kesatuan), penerapan layout (tata letak), penerapan tipografi, dan penerapan warna. dan memuaskan untuk dapat disebut sebagai karya poster yang sempurna dan menarik. Umumnya prinsip-prinsip tersebut sering terabaikan sehingga tidak menimbulkan interaksi yang harmonis yang mengakibatkan pesan yang terkandung dalam poster tidak tersampaikan sebagaimana mestinya kepada pembaca.

Metode jurnal yang digunakan menggunakan metode peneltian kualitatif, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan berupa observasi dan dokumentasi. Alat dan bahan peneltian yang digunakan yaitu kamera dan lembar penilian. Teknik analisis data yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru, menjadikan tahu akan pengetahuan siswa siswi akan pemahaman karateristik gambar peserta didik dengan menganalisisnya berdasarkan unsur maupun prinsip visual seni rupa dalam poster, yang bertujuan untuk lebih mengenal karya seni poster peserta didik.

Penilaian tersebut berdasarkan kesatuan, layoting, tipografi, dan warna.

Pada aspek kesatuan (unity) karya poster Erik mendapat perolehan nilai sebanyak 254 dengan ratarata 84, masuk kedalam kategori baik (B). karena keterpaduannya unsur-unsur dalam gambar sudah baik dan saling mendukung. Keterpaduan antara background, teks, dan gambar sudah baik. Keutuhan kesatuan merupakan tujuan akhir yang dicapai dalam penyusuan komposisi desain.

Pada aspek layout (tata letak) penilaian poster ini baik (B) jika berjumlah 246 dan rata-rata 82. Pada karya ini urutan baca berbentuk pola “L”. Mata akan pertama kali melihat background yang terlihat kontras dan gambar utama, kemudian akan dituntun untuk melihat judul yang terdapat pada bagian kanan bawah. Pemanfaatan space(ruang) juga termasuk dalam penilaian. Pada sisi kiri latar belakang dibuat dan diatur bentuk pola background yang berbeda dengan sisi kanan yang berwarna polos/putih. Dengan sisi background putih merupakan tempat yang tepat untuk menempatkan judul, agar komposisi tidak terkesan terdapat pada satu sisi saja. jarak antar teks dan gambar juga sudah bagus tidak ada yang saling berhimpit. Keseimbangan pada poster ini adalah jenis keseimbangan simetris, dimana sisi kanan dan kiri bobotnya sama dan saling menyesuaikan walaupun bentuknya dan penempatannya berbeda. Penekanan pada karya ini terdapat pada paduan background dan objek gambar yang terlihat sangat menonjol daripada judul.

Nilai Aspek tipografi pada karya ini adalah 246 dengan rata-rata 82, kategori baik (B). tujuan tipografi adalah keterbacaannya, teks pada karya ini sudah baik, karena huruf-hurufnya sudah legible dan mudah dikenali. Variasi huruf antara judul dengan teks penjelas juga sudah baik.

Aspek Warna pada karya ini memperoleh nilai sebanyak 246, dengan rata-rata 82, termasuk dalam kategori baik (B). Pada background warna yang diterapkan yaitu perpaduan warna kuning, merah, dan putih. Disisi kiri space, background dipenuhi warna merah dan kuning yang sudah terpola, di sisi kanan putih polos. Warna ini kemudian menjadikan kontras dengan objek gambar dan juga kepada teks yang terdapat pada sisi yang berwarna putih.

Berdasarkan data yang telah diambil dari table penilaian, maka hasil penilaian secara keseluruhan dari indikator-indikator yang diteliti pada karya poster peserta didik kelas XII IPS SMA Negeri 1 Kabanjahe dapat dikategorikan baik dengan jumlah rata-rata =89, dengan penjabaran aspek nilai sebagai berikut (Unity / Kesatuan: nilai = 2142 dengan rata-rata (r) = 88,25 (Baik)). (Layout / Tata letak: nilai = 2146 dengan rata-rata (r) = 89,41 (Baik)). (Tipografi: nilai = 2119 dengan rata-rata (r) = 88,29 (Baik)). (warna: nilai = 2135 dengan rata-rata (r) = 88,95 (Baik)). Berikut ini adalah sampel sebanyak 3 karya (12,5%) karya dari populasi 24 karya peserta didik yang diurutkan berdasarkan perolehan nilai tertinggi berjumlah 3 karya (12,5% dari total populasi) teknik yang digunakan adalah dengan purposive sample., yaitu karya Dea Mira Christin Haloho, karya Kezia Perbina Ginting, dan Karya Erik Imanuel. P. Dari total 24 karya peserta didik, karya no 5 memperoleh nilai tertinggi (94), nilai sedang dengan kategori baik karya no 17 (89) dan no 22kategori baik dengan nilai terendah (86,5). Sebanyak 11 karya (46%) memperoleh predikat sangat baik (A) dan sebanyak 13 karya (54%) memperoleh predikat baik (B). Berdasarkan analisis diperoleh kesimpulan hasil bahwa nilai pada aspek unity (kesatuan), didapat rerata berjumlah 89, 25, untuk layout (tata letak), dengan nilai rerata 89,41, tipografi dengan nilai rerata 88,29, dan warna dengan nilai rerata 88,95. Secara umum rerata untuk empat kategori dapat dinterpretasikan berkualitas baik.

 

7. Martadi, Martadi. "Analisis Semiotika Roland Barthes pada Poster Film Parasite Versi Negara Inggris.BARIK 2.1 (2021): 54-66.

Korea Selatan adalah negara maju dengan industri kreatif sebagai salah satu penyumbang besar pendapatan negara, mulai dari K-pop, Drama hingga film. Parasite merupakan salah satu film Korea Selatan dan film non bahasa Inggris pertama yang berhasil membawa pulang penghargaan Oscar di acara Academy Award ke-92, dengan genre comedy drama thriller yang disutradarai Bong Joon Ho rilis pada 21 Juni 2019 di Korea Selatan. Parasite mulai naik daun ketika film ini memenangkan penghargaan tertinggi Palm D’or pada ajang Festival Film Cannes tahun 2019. Film Parasite juga mencetak pendapatan global 165 juta USD dengan biaya produksi yang terbilang kecil 11 juta USD. Di tahun berikutnya Parasite menyabet 4 piala Oscar (Academy Award) dengan kategori Best Director, Best Original Screen Play, Best International Feature Film dan yang paling menarik Best Picture (Film terbaik). Film Parasite didapuk menjadi Film Korea Selatan terlaris di Indonesia

Menceritakan kisah tentang sebuah keluarga miskin pengangguran yang berusaha mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Dengan satu anggota keluarganya yang diberi kesempatan bekerja di sebuah rumah orang kaya, perlahan seluruh anggota keluarga tersebut berhasil mendapat pekerjaan di dalam rumah tersebut dengan menghalalkan segala cara. Film ini mengangkat tema kesenjangan sosial antara orang kaya dan miskin sehingga seluruh lapisan masyarakat bisa terhubung dan turut merasakan apa yang dialami oleh para pemain dan peristiwa yang terjadi di dalam film yang disutradarai oleh Bong Joon Ho ini

Poster film merupakan media komunikasi visual yang bisa menyampaikan informasi kepada calon penonton tentang gambaran umum dari suatu film. Dengan film dapat dipromosikan melalui poster. Poster film juga berfungsi untuk tujuan komersial. Kesuksesan tersebut membuat film Parasite dirilis ulang di berbagai negara salah satunya Inggris. Menandai perilisannya, dibuatlah poster baru yang berbeda. Poster yang didesain oleh La Boca studio ini terlihat unik dengan objek-objek acak bertebaran di beberapa ruangan.

Untuk menemukan makna dibalik poster film Parasite versi negara Inggris. Jurnal ini menggunakan teori semiotika Roland Barthes guna membedah tanda-tanda menggunakan sistem denotasi, konotasi dan mitos. Metode jurnal yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Kemudian pengumpulan data ini menggunakan teknik observasi dan studi kepustakaan. Teknik observasi dilakukan dengan cara mengamati langsung poster film Parasite sedangkan teknik studi kepustakaan dilakukan dengan studi pada buku, jurnal, skripsi, website yang terkait dengan jurnal ini. Data primer diperoleh dari poster film Parasite yang dirilis oleh La Boca Studio Inggris. Data sekunder diambil dari buku, jurnal, skripsi dan website yang dianggap relevan.

Hasil dari jurnal menunjukkan bahwa terdapat beberapa objek yang merepresentasikan kesenjangan sosial ekonomi yang terjadi antara Keluarga Park kaya dan keluarga Kim yang miskin. Dua keluarga yang berlatar ekonomi berbeda dalam film. Tanaman bonsai dan anjing putih merepresentasikan keluarga Park yang kaya sedangkan Kloset dan Landscape stone merepresentasikan keluarga Kim yang miskin. Beberapa objek merepresentasikan adegan-adegan yang terjadi di dalam Film Parasite yakni tenda, sepasang mata, kode morse, sepasang kaki dan tangga.

 

8. Burhan, Ahmad Syauqi Syauqi, and Meirina Lani Anggapuspa. "Analisis Makna Visual Pada Poster Film Bumi Manusia.BARIK-Jurnal S1 Desain Komunikasi Visual 3.1 (2021): 235-347.

Film Bumi Manusia karya Hanung Bramantyo merupakan adaptasi dari novel berjudul sama karya Pramoedya Ananta Toer, pertama kali diterbitkan pada tahun 1980 oleh Hasta Mitra. Pramoedya merupakan salah satu penulis paling produktif dalam sejarah sastra Indonesia. Bumi Manusia sendiri merupakan buku pertama dari Tetralogi Buru karya Pramoedya. Buku ini dianggap mempropagandakan ajaran-ajaran Marxisme dan Komunisme sehingga sempat dilarang peredarannya oleh Kejaksaan Agung pada tahun 1981. Walau demikian Bumi Manusia sendiri justru tidak menyinggung komunisme dan malahan yang disebut adalah Nasionalisme. Hanung Bramantyo bahkan dalam filmnya lebih menonjolkan kisah perjuangan cinta dan romantisme khas film-film yang pernah dipegang olehnya.

Promosi film ini melalui internet marketing, hal ini dapat dilakukan dengan cara mengunggah teaser dan juga poster film pada profile maupun story. Poster film adalah identitas dari film, Maka disinilah peranan penting poster film sebagai wajah untuk promosi film tersebut. Oleh sebab itu, para cineas membuat poster yang sesuai dengan film yang mereka produksi, agar audience mengerti gambaran dari film yang akan mereka tonton.

Falcon Pictures melakukan riset dan penyesuaian film legendaris pada poster film Bumi Manusia, agar dapat merepresentasikan isi dari film tersebut sekaligus mengapresiasi sejarah dari penulis novel Bumi Manusia yaitu oleh sastrawan kontroversial Pramoedya Ananta Toer. Perilisan poster film Bumi Manusia mendapat respon positif dan haru karena sangat menggambarkan kondisi dan situasi pada jaman penjajahan era 1800-an. Desain poster film menjadi peran dan sarana penting untuk mempromosikan film Bumi Manusia. Untuk menganalisis makna tanda dan mengetahui bagaimana relasi antar tanda yang terdapat pada elemen visual yang ada pada poster film Bumi Manusia yang didesain oleh Falcon Pictures menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif dan menggunakan landasan teori Charles Sanders Pierce yang meliputi ikon, indeks, simbol yang terdapat pada tahapan interpretasi.

Secara garis besar pada film Bumi Manusia bercerita tentang kisah percintaan antara seorang pria pemuda pribumi Jawa dan perempuan yang merupakan anak seorang tuan Belanda dari gundiknya pada masa pemerintahan Kolonial Belanda. Namun hubungan asmara keduanya harus membentur tembok kekuasaan Kolonial Belanda. Hubungan mereka mendapat banyak penolakan serta polemik dari banyak pihak terlebih oleh hukum bangsa kolonial serta tatanan sosial yang berlaku pada masa itu dimana para penjajah menempati kelas sosial tertinggi sedangkan warga pribumi dipandang sebagai kelas rendahan. Selain kisah percintaan, film berdurasi tiga jam ini juga akan menyuguhkan gambara mengenai pengadilan kolonial Belanda yang tidak adil dan diskriminatif terhadap penduduk pribumi.

Untuk menganalisis berbagai makna tanda yang tersirat dalam poster film Bumi Manusia. Jurnal ini beresifat kualitatif, dengan metode analisis data menggunakan empat tahapan tinjauan desain yaitu deskriptif, analisis formal, interpretasi, dan evaluasi. Pada tahap interpretasi menggunakan teori semiotika Charles Sanders Pierce.

Hasil dari jurnal ditemukan berbagai tanda yang memiliki keselarasan antara satu sama lain sehingga mendukung tersampainya pesan yang ingin disampaikan dalam poster film.Dapat disimpulkan bahwa visualisasi ilustrasi utama, visual pendukung, warna, serta tipografi yang ditampilkan pada visual poster Bumi Manusia memberikan gambaran tersirat mengenai sejarah perjuangan bangsa Indonesia pada masa penjajahan awal abad ke-20 antara orang pribumi dengan kolonialisme Belanda.

Pada jurnal poster Bumi Manusia dapat ditemukan berbagai tanda yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu ikon, indeks, dan simbol sesuai dengan teori semiotika oleh Charles Sanders Pierce. Tanda yang berhasil ditangkap dalam jurnal ini memiliki keterikatan dan hubungan yang selaras antara satu sama lain sehingga mendukung tersampainya pesan yang ditampilkan dalam poster. Poster Bumi Manusia dirancang dari beberapa aspek yang saling mendukung antara faktor penting seperti tokoh utama, tipografi judul, layout, serta latar belakang dan warna. Secara menyeluruh poster film Bumi Manusia memiliki nuansa warna panas seperti kuning, jingga, dan merah. Komposisi atas beberapa unsur foto dari sudut dan angle yang berbeda dipadukan sehingga dapat memuat seluruh informasi yang ingin disampaikan perancang desain. Penambahan latar belakang bentang alam yaitu lanskap dan selarik kertas tua menjadi bumbu-bumbu grafis yang mendukung susana masa lalu dalam cerita.

Poster Bumi Manusia menjadi sampul yang mewakili film Bumi Manusia itu sendiri sebagai media promosi dan iklan. Melalui gambaran besar poster, khalayak umum berhasil menangkap kesan lawas dan terlihat jadul pada poster. Poster merepresentasikan zaman kolonialisme di Indonesia yang berpengaruh pada hajat hidup manusia di dalamnya. Poster Bumi Manusia menampilkan cerminan karakter bangsa pribumi, campuran, dan bangsa Eropa yang saling terlibat antara satu sama lain.

 

9. Hidayat, Tawvicky. "Analisis Diksi dan Gaya Bahasa dalam Poster Dakwah pada Akun Instagram@ Bantu_Dakwah." Al-Ittishol: Jurnal Komunikasi Dan Penyiaran Islam 4.1 (2023): 52-68.

Diksi merupakan istilah pemilihan kata yang sesuai, untuk mengungkapkan suatu perasaan, ide, gagasan, ataupun pendapat-pendapat lainnya. Dalam ilmu komunikasi makna sebuah kata muncul dari hubungan khusus antara kata itu sendiri yang berfungsi sebagai simbol verbal, dan manusia. Sebuah makna melekat pada sebuah kata-kata, namun kata-kata dapat memabangkitkan makna dalam pikiran seseorang. Maka dalam hal ini Lewis Carroll seorang ahli matematika dan logika Inggris, sangat memperhatikan logika kata-kata dan bagaimana kata-kata merepresentasikan suatu realitas.2 Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap pemaknaan suatu kata, maka diperlukanlah sebuah pemahaman tentang diksi sebagai solusi mengatasi kerumitan sebuah makna kata. Penggunaan diksi yang tepat dapat menimbulkan perasaan cinta, kagum, dan lain sebagainya, Sehingga orang lain tidak akan merasa bosan disaat kita sedang berpidato, ceramah, sambutan, dan lain sebagainya. Jika penggunaan diksi tidak tepat atau tidak sesuai, maka apa yang disampaikan belum tentu akan sampai pada lawan bicara. Penggunaan diksi yang salah akan berdampak akan dibenci atau tidak suka kepada kita. Sehingga pesan yang kita sampaikan tidak sesuai dengan apa yang mereka terima, bahkan tidak dipahami sama sekali oleh pembaca ataupun pendengar.

Gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa, yang dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa dengan memperlihatkan jiwa dan kepribadian dari orang yang mengungkapkan bahasa tersebut. Sebuah makna melekat pada sebuah kata-kata, namun kata-kata dapat memabangkitkan makna dalam pikiran seseorang.  Penggunaan gaya bahasa secara retoris dan secara kiasan digunakan agar memberikan kesan yang indah kepada pembaca. Serta agar mudah diingat dan dipahami oleh pembaca karena pada dasarnya poster merupakan gabungan dari karya visual atau gambar dengan tulisan-tulisan singkat.

Pengumuman yang tersusun dari gambar dan tulisan, yang ditempelkan di dinding, tembok, mading, ataupun tempat-tempat yang strategis dan umum yang dapat diketahui oleh khalayak ramai dan dapat menarik perhatian pembaca, disebut dengan poster. poster tidak hanya terdapat pada dinding, mading, maupun papan-papan pengumuman saja. Tetapi saat ini poster dapat dillihat dalam satu goresan layar melalui jaringan media sosial. Dalam media sosial kita telah dapat menemukan berbagai macam poster baik yang berisi ujaran kebencian, politik, bahkan saat ini poster telah menjadi media dan strategi baru bagi para da’i dalam menyampaikan peran dakwahnya. Dalam poster dakwah lebih banyak menggunakan diksi yang mengandung makna denotatif dengan tujuan supaya pembaca dapat memahami secara tepat pesan-pesan dakwah yang terdapat dalam poster tersebut. Selanjutnya penggunaan diksi yang mengandung makna konotatif digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang dapat diinterpretasikan oleh pembaca itu sendiri. Dalam poster dakwah juga menggunakan kata yang bersifat populer, umum, dan khusus untuk menghasilkan ketepatan, keselarasan, dan kecermatan diksi dalam menyampaikan suatu pesan dakwah melalui poster. penggunaan poster dakwah dalam media sosial merupakan sarana atau strategi baru untuk berdakwah pada zaman milenial ini. Sehingga kita sebagai umat islam tetap berperan sebagai pendakwah meski tidak melalui media ceramah ataupun khutbah. Serta dapat menyebarkan nilai-nilai positif kepada pengguna media sosial seperti: instagram, facebook, twitter, line, dan lain sebagainya

Dakwah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mempunyai arti, penyiaran agama dan pengembangannya di kalangan masyarakat, seruan untuk memeluk, mempelajari, dan mengamalkan ajaran agama. Kegiatan berdakwah merupakan kewajiban setiap umat Islam, yang telah memasuki usia baligh, serta mempunyai akal yang sehat. Dakwah terbagi menjadi tiga yakni: Dakwah bil hal, dakwah bil lisan, dan dakwah bil qolam. Berdasarkan apa yang telah disebutkan di atas, maka berdakwah menggunakan poster bisa menjadi salah satu pilihan, karena poster merupakan karya visual yang bisa menarik perhatian masyarakat. Baik dikalangan remaja, dewasa, bahkan orang tua sekalipun. Agar poster dakwah dapat diakses oleh orang banyak, maka poster dapat disebarkan melalui media sosial, salah satunya Instagram. Seperti yang dilakukan oleh akun instagram yang bernama @bantu_dakwah.

Metode jurnal yang digunakan adalah bersifat deskriptif kualitatif dengan pendekatan naratif, dengan menggunakan analisis data dalam memecahkan masalah. Meneliti dalam kurun waktu tertentu dari bulan Okotber 2021 sampai dengan Januari 2022.  melalui penelusuran online di media sosial Instagram. Sumber data dalam jurnal kualitatif dapat berasal dari informan, tempat atau lapangan, dokumen-dokumen, dan peristiwa. Berkaitan dengan jurnal ini maka sumber datanya berasal dari dokumen yakni poster dakwah yang diupload oleh akun instagram @bantu_dakwah. Berdasarkan observasi peneliti, dalam akun instagram @bantu_dakwah terdapat 138 postingan poster dakwah, yang dibuat oleh pemilik akun sendiri. Peneliti menggunakan teknik sampling bertujuan untuk menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul. Oleh sebab itu pada jurnal kualitatif tidak ada sampel acak, tetapi sampel bertujuan (purposive sample). Selain itu, sebagai penguat dari jurnal ini, peneliti juga mengambil beberapa data yang bersumber dari jurnal, buku, skripsi, ataupun jurnal terdahulu.

Dalam metode analisis data teori Teun A. Van Djik struktur dari sebuah teks tersebut dapat terbagi menjadi tiga struktur yakni struktur makro yang mengamati suatu teks dari segi temantik atau tema yang ditekankan dalam teks tersebut, superstruktur yang mengamati tentang skemantik bagaimana urutan dan bagiamana teks disusun atau dikemas, selanjutnya struktur mikro yang diamati tentang semantik yakni makna yang ditekankan dalam teks tersebut dan sintaksis bagaimana bentuk susunan yang dipilih.

Hasilnya dalam poster dakwah pada akun instagram @bantu_dakwah menggunakan diksi dalam kaidah sintaksis yang meliputi: ketepatan diksi, keselarasan diksi, dan kecermatan diksi. Serta penggunaan diksi dalam kaidah makna yang meliputi makna denotatif dan konotatif. Selain itu terdapat juga beberapa penggunaan diksi pada kata umum, populer, dan khusus. Selanjutnya dalam poster dakwah yang dibuat oleh akun instagram @bantu_dakwah peneliti menemukan penggunaan gaya bahasa retoris yang meliputi: Apofasis, repitasi, dan polisindeton. Dan penggunaan gaya bahasa kiasan yang meliputi: hipalase, dan koreksio atau epanortosis, dan metafora. Dalam poster dakwah penggunaaan diksi dan gaya bahasa yang sesuai dapat memberikan kesan yang menarik, kreatif, dan inovatif.

 

10. BULONGGODU, FAUZIAH RIDWAN. "TINJAUAN DESAIN “ANALISIS POSTER IKLAN LAYANAN MASYARAKAT TERKAIT UPAYA PENCEGAHAN COVID 19"

Di tengah pandemi COVID-19, strategi komunikasi dan media menjadi sangat penting dalam menangani situasi di Indonesia. Iklan layanan masyarakat (ILM) adalah surat non-komersial yang bertujuan untuk mengedukasi, mempengaruhi, dan mempengaruhi masyarakat sebagai bangsa atau dunia. Pemerintah telah menerapkan strategi untuk membuat iklan layanan masyarakat dengan menggunakan media luar ruang seperti poster, spanduk, dan xbanner.

Penggunaan bahasa sangat penting untuk mempengaruhi opini publik dan mempromosikan kesehatan. Ada dua jenis ILM (Informasi Layanan Masyarakat) yang digunakan: komersial dan non-komersial. ILM adalah layanan sosial yang bertujuan untuk membantu masyarakat mengatasi masalah yang mereka hadapi. Pemerintah dan masyarakat telah mendistribusikan kampanye ILM sejak diluncurkan pada bulan Februari 2020.

Poster adalah bentuk komunikasi publik yang populer dan berpengaruh, yang berfungsi sebagai sarana untuk mendistribusikan informasi kepada publik. Poster dirancang agar informatif, jelas, dan efektif. Beberapa elemen desain poster harus diperhatikan, seperti font, warna, ukuran, dan penempatan. Tujuan utama dari sebuah poster adalah untuk memberikan konten yang relevan dan mudah dibaca yang dapat dipahami oleh publik. Konten yang jelas, relevan, dan signifikan harus dimasukkan ke dalam poster atau dijadikan sebagai pengetahuan umum, bukan hanya sekedar informasi yang tidak bermakna.

Kesimpulannya, iklan layanan masyarakat memainkan peran penting dalam mengatasi pandemi COVID-19 dan mempromosikan kesehatan. Strategi komunikasi yang efektif, termasuk penggunaan bahasa yang tidak komersil, konten yang jelas dan menarik, sangat penting untuk mencapai tujuan ini.

Jurnal ini menggunakan metode pengumpulan data kualitatif, berdasarkan tren internet tentang perkembangan Covid-19. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan informasi detail tentang Covid-19 dan menyajikannya dalam format visual. Objek jurnal ini adalah poster edukasi mengenai vaksinasi Covid-19 yang dibuat oleh Kementerian Kesehatan dan ditampilkan di berbagai media di Indonesia untuk mempromosikan kampanye Regulasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam jurnal ini adalah kualitatif, dengan fokus pada analisis individu dan kemampuan pemerintah dalam mempersuasi masyarakat untuk memberikan informasi dan sosialisasi mengenai Covid-19, sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh masyarakat.

Hasilnya pada studi ini menganalisis poster lokal dan nasional, menemukan bahwa 90% poster lokal menggunakan warna putih dan hitam, sehingga mudah dibaca dan dimengerti. Menurut situs web perspektif, menambahkan garis tepi putih di bagian samping dapat membuat poster lebih menarik. Menggunakan font hitam dan putih pada garis tepi putih dapat membuat poster lebih menarik sebagai konsistensi warna. Selain itu, poster dapat dicetak atau secara digital dengan warna yang berbeda. Poster lokal dan nasional menggunakan font San Serif, yang dapat membuat masyarakat lebih puas jika digunakan dengan benar.

Hasil pasca pandemi COVID-19, terdapat analisis terhadap iklan layanan masyarakat dapat mengungkapkan bahwa sisi verbal dari setiap pengumuman mengandung denotasi, yang digunakan untuk menekankan pentingnya tindakan dan aksi untuk meminimalisir dampak pandemi. Sisi verbal digunakan untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang pandemi dan mendorong mereka untuk melakukan tindakan untuk meminimalisir dampak pandemi. Sisi visual dari pengumuman menyoroti beberapa permainan dengan berbagai makna, beberapa di antaranya tidak mengandung konten verbal tetapi dapat memberikan rasa urgensi kepada publik melalui ilustrasi yang jelas. Sisi visual juga dapat digunakan untuk mendukung sisi verbal, namun tidak dapat dilepaskan.

 

11. Pangestuti, Manesti. "Analisis Semiotika Charles S. Pierce pada Poster Street Harassment Karya Shirley." JURNAL KONFIKS 8.1 (2021): 25-33.

Pelecehan seksual di ranah publik sering terjadi dan menjadi masalah yang meresahkan korban maupun masyarakat. Sebagai usaha untuk memberikan himbauan. Salah satu cara Shirley untuk menghimbau adalah dengan membuat poster. Poster memiliki berbagai macam, ada poster yang mengandung informasi pelayanan masyarakat, mempromosikan jasa, ajakan untuk sebuah acara, hingga berisikan edukasi. Berdasarkan tujuannya poster yang menyajikan motivasi untuk pembaca disebut dengan poster propaganda atau afirmasi, poster pemilu atau kampanye, poster film, komik, riset, komersial, dan lain sebagainya. Salah satu poster yang memberikan informasi yang dibuat Shirley adalah poster street harassment atau pelecehan terkait dengan pelecehan di jalan, taman, stasiun, maupun di dalam transportasi umum seperti bus dan kereta. yang dianggap canda oleh kebanyakan orang. Poster ini bertujuan untuk hati-hati di tempat-tempat tersebut serta berani melaporkan pelecehan tersebut agar tidak terjadi kembali.

Dalam poster karya Shirley tersebut terdapat sebuah gambar perempuan dan beberapa kata di dalamnya, ada juga beberapa kalimat singkat mengenai street harassment tetapi dengan singkatnya kalimat dan sebuah gambar multitafsir dapat menghadirkan beberapa spekulasi terhadap poster tersebut. Untuk mengetahui keseluruhan makna dari warna, font, dan gambar dalam poster tersebut dapat dianalisis menggunakan teori semiotika yang menafsirkan indeks, simbol, dan ikon hingga menyeluruh. Teori yang akan digunakan adalah semiotika dari Charles Sanders Pierce.

Shirley menggunakan teori semiotika Pierce tentang representasi, objek, dan interpretan. Interpretasi makna dapat dilakukan ketika telah mengetahui konsep tanda yang merepresentasikan sebuah objek maupun peristiwa. Dengan ini menunjukkan melalui poster yang berisi gambar, tanda, serta cuitan-cuitan pelecehan seksual. Metode yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif, atau mengidentifikasi penelitian kualitatif sebagai sebuah proses pengumpulan dan penganalisisan data, pengembangan dan pemodifan teori, penguraian dan mengerucutan penelitian, serta pengidentifikasian masalah penelitian.

Secara visual poster tersebut dapat diidentifikasi melalui warna, font, dan gambar dalam poster. Font atau tulisan dalam poster ialah: “Whistling” = bersiul, Hey sexy = halo seksi, Smile Babe = senyum, saying, Wanna have fun? = mau bersenang-senang?, Nice leg = kaki yang bagus. Kelima kalimat tersebut sering diucapkan oleh laki-laki kepada perempuan yang sedang berjalan di hadapannya. Beberapa kalimat tersebut dapat diartikan sebagai pelecehan.

Semiotika Pierce dikenal dengan konsep triadic/trikotomi yaitu tanda yang terdiri dari 3 unsur. Pada poster ini tanda berupa tampilan visual dan verbal dalam poster siluet perempuan dengan headline “It’s Called Harassment” dan tagline “Stop Street Harassment, Be Pleasant”. Hasil menunjukkan pesan yang terdapat dalam poster memuat informasi dari warna, font, gambar, dan kata-kata secara rinci tentang bentuk pelecehan seksual di ranah publik yang kerap terjadi. Adapun objek dalam poster ini memvisualkan siluet wanita berwarna merah dengan beberapa gambar tangan di bagian tubuhnya, serta beberapa balon kata di samping gambar tersebut, sehingga memunculkan interpretasi (interpretan) bahwa perempuan tersebut sedang dilecehkan oleh tangan-tangan yang sedang menyentuhnya di daerah sensitifnya seperti pada rambut, dada, pinggul bawah atau pantat, paha atas, dan betis. Siluet perempuan sebagai ikon dari perempuan yang sedang berjalan dan mendapatkan pelecehan seksual secara verbal dan nonverbal. Kemudian Warna merah pada siluet perempuan menandakan bahaya atau larangan, warna kuning pada gambar tangan dan latar menandakan takut atau pengecut. Kaki siluet perempuan menggunakan sepatu, dan tidak rapat satu sama lain menandakan sedang berjalan di luar rumah, Wajah tertunduk menandakan kesedihan atau ketidakpercayaan diri, Gambar tangan di beberapa bagian tubuh menandakan area sensitif perempuan, Gambar tangan merepresentasikan sentuhan 3. Menyentuh daerah sensitif merupakan pelecehan, Kalimat dalam balon kata sesuai dengan kalimat yang sering diucapkan pelaku pelecehan seperti Kalimat dalam balon kata tersebut menyimbolkan pelecehan verbal.

Dari identifikasi tersebut menandakan bahwa Tubuh kurus dalam siluet adalah tubuh ideal perempuan, Gaun selutut dan sepatu hak tinggi menandakan kecantikan, keanggunan, dan keseksian, Gambar tangan menandakan nafsu pelaku pelecehan, Gambar tangan dan kalimat dalam balon kata sebagai larangan, Kecantikan dan keanggunan perempuan seperti pada gambar dapat menjadi objek yang dapat memicu nafsu dan mengakibatkan pelecehan seksual Sebaliknya, sentuhan dan kalimat yang tertera dapat dijadikan sebagai tanda pelecehan verbal dan nonverbal, kemudian warna merah dapat berarti “bahaya” dan “dilarang” sedangkan warna latar kuning diartikan sebagai “ketakutan” atau “kepengecutan” sehingga warna merah pada gambar siluet perempuan dan warna tangan dan latar kuning menandakan larangan perempuan tidak boleh disentuh, lalu warna tangan kuning merupakan tindakan pengecut dan latar kuning bisa diartikan sebagai rasa ketakutan perempuan terhadap sekitarnya.

Pesan-pesan yang dibuat oleh Shirley dalam karya posternya berkaitan dengan himbauan agar perempuan lebih waspada dan melindungi diri agar tidak dilecehkan atau agar mengetahui bentuk pelecehan, dan juga pesan kepada laki-laki untuk lebih menjaga perilaku karena dapat diartikan sebagai tindak yang merugikan.

 

12. Febhimaesuri, Nuren, and Demo Reksa Pratama. "Analisis semiotika komunikasi visual pada poster iklan “teh pucuk harum.”." Visual Heritage: Jurnal Kreasi Seni dan Budaya 3.2 (2021): 156-160.

Sarana pembantu komunikator dalam menyampaikan informasi secara efektif dan efesien adalah dengan menggunakan media. Media adalah alat perantara yang digunakan dalam menyampaikan pesan atau informasi kepada komunikan. Pada saat ini, berbagai macam media yang sudah banyak diketahui salah satunya media iklan poster. Poster memiliki maksud pesan apa yang ingin disampaikan biasanya menampilkan unsur grafis visual untuk mendukung iklan pesan dengan menggunakan elemen visual dan penggunaan teks sebagai pendukung pesan.

Perusahaan PT Mayora Indah Tbk atau singkatnya Mayora telah memproduksi produk Teh Pucuk Harum. Untuk mempromosikan iklan produk tersebut melalui berbagai media salah satunya adalah media iklan poster. Pemilihan menggunakan media poster karena mudah di akses di ruang publik serta juga di berbagai media sosial, karena data disajikan dengan kata-kata yang singkat dan padat namun jelas arti nya bertujuan menciptakan respons yang cepat kepada konsumen.

Salah satu cara untuk menganalisis poster the pucuk harum adalah dengan Analisis semiotika milik Charles Sanders Peirce untuk menganalisis satu per satu unsur grafis yang ada pada iklan poster Teh Pucuk Harum, guna untuk menemukan makna tanda termasuk hal-hal yang tersembunyi di balik sebuah tanda (teks, iklan, berita). Karena sistem tanda sifatnya amat kontekstual dan bergantung pada pengguna tanda tersebut. Pembedahan poster dilakukan dengan analisis desain ilustrasi, dari unsur tersebut bagaimana cara menciptakan strategi promosi agar meningkatkan visibilitas yang diperhitungkan perusahaan dan konsumen, dengan metode analisis semiotik dengan pendekatan metode kualitatif deskriptif.

Tanda dalam poster Teh Pucuk Harum ada dua, yaitu tanda verbal dan tanda visual.  Tanda verbal adalah aspek bahasa, tema dan pengertian yang didapatka.sedangkan tanda visual akan dilihat dari cara penggambaranya apakah secara ikonis, indeksial, atau simbolis, dan bagai manacara mengungkapkan indiom estetinya. Tanda-tanda yang dilihat dan dibaca dari dua aspek secara terpisah, dan kemudian diklasifikasikan dan deskripsikan dalam bentuk analisis.

Poster ini menekankan pentingnya botol Teh Pucuk Harum sebagai subjek utama, menekankan karakteristik fisik dan meningkatkan daya pikat dan fungsinya. Pembelajaran dan reaksi audiens dapat dipengaruhi oleh penggunaan warna yang tepat, baik dalam nada maupun penampilan. Terdapat bau yang pasti di lingkungan botol, yang meningkatkan keharuman dan menguranginya seiring dengan berkurangnya keharuman, khususnya di musim panas. Daya tarik visual dan kualitas barang ditingkatkan dengan ide ini. Lingkungan botol Teh Pucuk Harum telah memiliki aroma selama beberapa hari, yang menunjukkan bahwa aroma dan tampilan produknya sama. Klasifikasi Object pada poster ini terdiri atas Icon (Ikon), Symbol (simbol), dan Index. Ikon, simbol, dan index pada poster iklan the pucuk harum akan ditinjau dari segi warna, ilustrasi, dan tipografi.

  • Ikon dalam poster iklan diilustrasikan gambar kantong teh celup sebagai titik fokus. Untuk tipografi, terdapat sebuah kantong teh dengan teks “Teh Pucuk Harum,” yang memiliki judul latin yang menekankan kualitas kenikmatan dari kantong teh tersebut. Judul kantong teh celup yang menggunakan huruf kapital dalam hal ini menandakan bahwa kantong teh celup tersebut memiliki aroma yang harum dan cita rasa yang tinggi.
  • Indeksnya adalah keterhubungan dengan sumber yang bersifat informal secara eksplisit maupun implisit. Indikator peringatan pada poster ini tidak terlalu terlihat, yaitu ilustrasi Teh Pucuk Harum yang digunakan sebagai botol miring. Namun, ilustrasi ini agak berkaitan dengan indikator, jenis indikator pada poster ini adalah frasa “Teh Pucuk Harum”, yaitu indikator yang berkaitan dengan produk yang hendak diiklankan, seperti slogan “rasa teh terbaik ada dipucuknya”, yang menyiratkan bahwa produk yang dimaksud memiliki kualitas yang lebih unggul karena menggunakan kayu jati yang tahan lumpur dan mudah dicabut dari pohonnya sebagai bahan baku.
  • Simbolnya terletak pada Keterhubungan konsep-konsep dan ringkasan frasa atau kata. Simbol pertama yang muncul adalah frasa “Teh Pucuk Harum,” yang merupakan jenis iklan yang disediakan oleh desainer poster untuk membantu pembaca yang mungkin kesulitan memahami jenis huruf. Simbol lainnya termasuk daun teh sebagai representasi produk yang dimaksudkan untuk dikonsumsi, dan es batu dalam gelas yang muncul di bagian bawah botol untuk menunjukkan bahwa produk ini lebih cenderung dikonsumsi setiap hari.
  • Sedangkan Illustrasi merupakan representasi visual dari sebuah sketsa. Produk ini sendiri memiliki representasi visual pada poster iklan Teh Pucuk Harum, yang diwakili oleh kalimat “rasa teh terbaik ada dipucuknya” sebagai tagline. Hal ini dikarenakan poster tersebut menggambarkan bahwa teh terbaik didapatkan dari teh yang bersangkutan, dan Teh Pucuk Harum menggunakan teh yang sudah terbukti memiliki kualitas yang tinggi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna iklan sesungguhnya dalam iklan Teh Pucuk Harum ini yaitu menumbuhkan rasa alami dan mengembalikan kesegaran diri setelah mengkonsumsi. Dengan tagline “Rasa Teh Terbaik Ada Dipucuknya” yang semakin memperkuat bahwa produk yang mereka pasarkan adalah produk minuman teh dalam kemasan yang memiliki cita rasa khas dan paling unggulan, makna iklan sesungguhnya dalam iklan Teh Pucuk Harum ini yaitu menumbuhkan rasa alami dan mengembalikan kesegaran diri setelah mengkonsumsi Teh Pucuk Harum.

 

13. Rawung, Lidya Ivana. "Analisis Semiotika Pada Film Laskar Pelangi.Acta Diurna Komunikasi 2.1 (2013).

Film Laskar Pelangi adalah film yang terinspirasi dari kisah nyata perjuangan anak-anak daerah Belitung yang ingin sekolah, tekad yang kuat untuk belajar serta pengabdian guru ditengah keterbatasan untuk meraih kesuksesan di masa depan kelak. namun dalam jurnal ini lebih ditekankan pada perbandingan untuk menganalisis kehakikatan pelajar pada film Laskar Pelangi dengan potret pendidikan Indonesia saat ini yang berbeda dengan apa yang ada dalam film Laskar Pelangi, Pendidikan pelajar saat ini Banyak pelajar yang tawuran dan bolos sekolah. Maka dari itu, sangat penting untuk mengetahui tanda-tanda (makna) dari film Laskar Pelangi agar masyarakat bisa mengetahui film-film yang mendidik dan lewat film ini, bisa memberikan inspirasi bagi generasi penerus bangsa tentang pentingnya semangat dan tekad yang kuat untuk belajar serta untuk para pendidik, dapat memiliki karakter yang mau mengabdi.

Cara yang digunakan ialah dengan teori semiotika Ferdinand De Saussure. Semiotika adalah upaya untuk menemukan tanda-tanda yang memiliki arti serta mengetahui sistem tanda seperti bahasa, gerak, musik, gambar dan lain sebagainya. Melalui film Laskar Pelangi akan dianalisis dengan teori semiotika, serta metode yang digunakan ialah kualitatif menganalisis data, dari data tersebut akan dilihat Penanda dan Petanda serta dari hasil wawancara peneliti dapat mengambil kesimpulan bagimana makna dari Realitas Eksternal yang membentuk persepsi manusia. Untuk menganalisis Tanda, Penanda dan Petanda serta mengetahui makna dari Realitas Eksternal (masyarakat luas) maka peneliti menganalisis data berdasarkan ideologi, interpretan kelompok, frame work budaya, aspek sosial dan kamus

Hasil analisis film Laskar Pelangi memuat semiotika Bahasa, semiotika gerak, makna bahasa dan makna gerak yang mana film ini pantas ditonton oleh khalayak.

Pada semiotika Bahasa, bahasa yang digunakan bermakna positif berupa pesan-pesan moral yang tinggi tentang semangat, berbakti, pantang menyerah, mengabdi, berkorban, berintegritas serta pemerataan pendidikan memberikan makna positif yang mengajak penontonnya untuk memiliki karakter yang baik terutama generasi muda penerus bangsa. Harus terus semangat untuk sekolah walaupun memiliki keterbatasan baik dari fasilitas dan tenaga pengajar, terutama para pendidik (guru), harus memiliki pengabdian dan mendidik tidak berdasarkan materi. Selain memberikan makna yang positif, bahasa dalam film Laskar Pelangi menggunakan bahasa daerah Belitung. Itu menunjukkan bahwa kita harus mencintai dan melestarikan bahasa daerah.

Pada semiotika gerak, film ini menyampaikan pesan moral berupa gerakan yang mengekspresikan harapan dan ketulusan, semangat, kekaguman, serta ketahanan di tengah kesulitan, memberikan makna bahwa kita harus memiliki harapan untuk cita-cita kita, tulus dalam segala tindakan, selalu bersemangat, dan bertahan untuk mencapai impian. Menjadikan generasi muda indonesia sebagai pemimpin masa depan Indonesia yang indah seperti Pelangi.

Pemaknaan Bahasa dalam Film Laskar Pelangi mendapatkan hasil wawancara dengan penonton film tersebut, mereka menyepakati bahwa bahasa dalam film ini memiliki makna yang positif meskipun menggunakan bahasa daerah. Menurut mereka, bahasa dalam film Laskar Pelangi mengandung pesan tentang semangat, motivasi, keinginan dan hasrat kuat untuk bersekolah, pengorbanan, kerja keras, tanggung jawab, serta pemerataan pendidikan. Hal ini memberi mereka semangat untuk bersekolah dan menyadarkan pentingnya kerja keras untuk mencapai impian serta peran guru dalam mendidik generasi muda Indonesia.

Pemaknaan Gerak dalam Film Laskar Pelangi mendapatkan hasil wawancara dengan penonton film Laskar Pelangi, ada yang memiliki makna yang sama dan ada yang berbeda. Namun, semua pemaknaan gerak yang mereka sebutkan menunjukkan kesan yang positif. Gerakan yang menunjukkan ketulusan, semangat, kekaguman, harapan, kebersamaan, dan antusiasme memberikan makna bahwa di tengah keterbatasan, kita harus tetap semangat, bahwa kebersamaan memudahkan dalam menghadapi kesulitan, dan pentingnya memiliki harapan serta ketulusan dalam mendidik. Dengan demikian, kita dapat menjadi pelangi yang indah dan selalu kagum serta bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh Sang Pencipta.

Dalam film ini, terdapat makna tentang semangat dan tekad yang kuat untuk belajar ditengah keterbatasan ekonomi dan fasilitas yang memadai. Film Laskar Pelangi juga mengajarkan kepada para siswa tentang pentingnya belajar dan tidak menyerah dalam belajar. Film ini menekankan peran guru dalam membentuk generasi masa depan Indonesia dan pentingnya memiliki karakter yang berkomitmen untuk bangsa. Film ini juga mendorong pemerintah Indonesia untuk berinvestasi dalam memproduksi film yang mendidik dan menggambarkan kehidupan anak-anak Indonesia, memastikan bahwa negara ini memiliki generasi masa depan yang beragam. Serta bagi masyarakat Indonesia juga harus bisa memilih film mana yang pantas ditonton dan yang tidak. Untuk produser, sutradara dan rumah produksi film dapat membuat film yang mencerdaskan kehidupan anak bangsa, agar bangsa kita memiliki generasi penerus yang luar biasa.

 

14. Nasirin, Choiron, and Dyah Pithaloka. "Analisis Semiotika Roland Barthes Konsep Kekerasan Dalam Film The Raid 2 Berandal.Journal of Discourse and Media Research 1.01 (2022): 28-43.

Semakin berkembangnya jaman teknologi semakin canggih ditandai berkembangnya media massa yang semakin pesat yaitu dengan munculnya beragam bentuk media massa, berupa televisi, radio, internet, majalah, koran, tabloid, buku, dan film (film bioskop dan bukan negatif film yang dihasilkan kamera). Film adalah salah satu bentuk media massa. Film merupakan suatu media komunikasi massa dan digunakan sebagai sarana hiburan serta seni. Semakin berkembangnya jaman, film juga mengalami kebangkitan film, seperti munculnya film-film yang mengumbar seks, kriminal, dan kekerasan. Inilah yang kemudian melahirkan bebagai studi komunikasi massa dampak dari media massa tersebut. Sebagai contoh dalam media massa film The Raid 2: berandal.

Film The Raid 2: berandal, adalah film action yang menampilkan kesenian pencak silat, namun di lain sisi film ini menampilkan adegan kekerasan yang berisis pertarungan. Film ini menceritakan tentang Rama yang seorang intel yang ditugaskan untuk menyusup ke dalam penjara untuk mendekati Uco seorang anak  bos mafia dan Rama ingin balas dendam kepada mafia karena saudaranya telah dibunuh oleh mafia lain. Film The Raid 2 menyajikan beragam kekerasan ini ditunjukan dalam setiap adegan perkelahiannya, seperti perkataan kotor, melecehkan dan kasar, Rama mematahkan kaki dan menghantam kepala lawannya dengan batu, isi kepala Bejo (Alex Abbad) berhamburan ditembak Uco,atau pertarungan pamungkas yang mematikan dan epik bersimbah darah antara Rama dan The Assassin (Cecep Rahman). Sebagaimana film ini menampilkan konsep kekerasan yang berlebihan dan begitu gamlang.

Kekerasan dalam film ini ditampilkan secara brutal, menanamkan teror kepada penonton melalui isyarat visual dan aural seperti darah yang berceceran, tulang-tulang yang patah, dan jeritan kesakitan. Representasi seperti ini, yang disebut Barthes sebagai horor progresif, mengungkapkan kehausan publik atau seniman yang tak terpuaskan akan kebrutalan yang melampaui nalar. Hal-hal yang nyata dan asli yang membangkitkan rasa takut atau kengerian menjadi fokus utama.

Kekerasan dalam film The Raid 2: Berandal, ditafsirkan beragam oleh para penonton. Selain makna yang terlihat oleh mata, ada makna tersembunyi di setiap adegan yang dapat dianalisis menggunakan semiotik. Semiotik, yang berasal dari bahasa Inggris, dan semiologi, dari bahasa Prancis, semiotik adalah alat analisis populer untuk meneliti isi media massa terutama film The Raid 2.

Metode yang digunakan dalam mengidentifikasikan dan menganalis adalah menggunakan Teori Semiotika Roland Barthes, bertujuan untuk mengidentifikasikan bentuk kekerasan dan memahami konsep kekerasan dalam film dengan dua tahapan pemaknaan yaitu konotasi dan denotasi. Serta pendekatan penelitian bersifat kualitatif, teknik pengumpulan data bersifat dokumentasi dan studi kepustakaan.

Hasil penelitian menunjukkan film The Raid 2 mencakup kekerasan verbal, kekerasan fisik dan karakteristik kekerasan psikologi dan bentuk kekerasan. Bentuk tersebut seperti:

Memukul Menggunakan Palu dan Bat Bisbol, maksud denotatif ini adalah tokoh Alicia sang pembunuh yang bersenjata palu, Alicia memiliki sebutan “Hummer Girl” atau Wanita berpalu. Adegan memukul dengan bat dimana sisi bat mengenai mulut Rama dan mengenai kaki. Konotasinya adalah Alicia seorang dengan julukan Hummer Girl adalah anak buah Bejo yang selalu membawa senjata palu, yang mana palu digunakan untuk membantu pekerjaan berat. Alicia Dengan palu itu tampak cantik dan brutal, mencabik daging dan memecahkan tulang setiap lawan. Palu memiliki makna simbolik ‘kekuasaan’, ‘penghancuran’, dan ‘kekuatan fisik’. Jika dikaitkan dengan tokoh Alicia maka palu tersebut mampu membuatnya tampak ‘kuat’, ‘mematikan’, ‘kreatif’, dan terlihat ‘maskulin’. Mitosnya perilaku kekerasan selalu berulang-ulang seakan-akan wajar untuk dilakukan, dan membuat pelaku yang awalnya korban kekerasan menjadi terlatih untuk melakukan kekerasan.

Menyakiti Menggunakan Karambit, maksud denotatif ini adalah Rama bertemu dengan The Assassin dan memasuki dapur di markas Bejo. Mereka berdua diam sambil menggunakan seni bela diri Pencak Silat. Setelah itu, Rama menggunakan karambit untuk menikmati film The Assassin sampai akhir. Pencak Silat, sebuah nama tradisional Indonesia untuk bela diri, digunakan oleh Rama untuk menebus dirinya sendiri setelah ditipu oleh The Assassin. Renungan ini menyoroti kekerasan yang dilakukan Rama sebagai bentuk pengorbanan diri dan kelompok. Bentuk merobek dan mengiris, karambit, senjata kecil melengkung yang terinspirasi dari cakar harimau, tercipta di Indonesia dan menyebar ke Asia Tenggara. Bagian ini menggambarkan Rama dan Sang Pembunuh sebagai dua orang yang sedang berjuang. Konotasinya adalah Karambit, sebuah senjata yang terinspirasi dari cakar harimau, menggandakan simbolisme hubungan berbahaya antara dua harimau. Iklan ini menyoroti potensi besar bela diri tradisional Indonesia untuk mempromosikan dan memperkuat posisi negara di dunia internasional. Film yang mengisahkan silat yang meniru harimau ini menyiratkan kematian dan ancaman, menambah daya tarik visual dan emosional.

Menghina dan Melecehkan Wanita, maksud denotatif ini adalah dalam adegan tersebut, Uco menghadapi wanita penyanyi karaoke yang menolak untuk bernyanyi, memicu kemarahannya. Dalam kekerasan verbalnya, Uco menyebut wanita tersebut sebagai ‘pecun’ atau pelacur, serta menggunakan kata-kata kasar seperti ‘pecunpecun murahan’ dan ‘ngewe’. Kekerasan fisik juga terjadi saat Uco menarik rambut wanita tersebut dan menekan microphone ke selangkangan wanita, menyebabkan wanita tersebut merasa dihina dan terpukul secara verbal dan fisik. Konotasinya adalah tindakan tersebut mencerminkan stigmatisasi dan penilaian negatif terhadap wanita, sementara eksploitasi tubuh wanita dalam film menunjukkan dinamika patriarki dan komersialisasi industri hiburan. Selain itu, penggambaran wanita sebagai objek visual pleasure menegaskan pandangan seksualisasi yang mendominasi budaya populer, dengan wanita dianggap sebagai komoditi untuk memenuhi keinginan penonton laki-laki. Kekerasan estetis dalam gambar dan simbol juga mengilustrasikan pemaknaan patriarki yang memperkuat dominasi dan kontrol atas tubuh perempuan.

 

15. Wibawa, Mahendra, and Rissa Prita Natalia. "ANALISIS SEMIOTIKA STRUKTURALISME FERDINAND DE SAUSSURE PADA FILM" BERPAYUNG RINDU"." VCoDe: Visual Communication Design Journal 1.1 (2021): 1-16.

Film adalah gambar yang bergerak yang memiliki komponen penting seperti warna, suara dan narasi atau jalan cerita. Film merupakan salah satu media komunikasi massa. Dalam hal ini film “Berpayung Rindu” dari Undaundi tvshow yang merupakan salah satu bagian dari media massa.

Film Berpayung Rindu series ini mengisahkan sepasang suami istri yang bernama Cahyono dan Wati yang telah dikaruniai anak yang bernama Indah. Tanpa disangka sang istri telah berselingkuh di belakang suaminya hingga pada suatu ketika sang istri Wati lebih memilih selingkuhannya dan pergi meninggalkan suami serta anaknya Indah yang masih bayi pada waktu itu. kehidupan Cahyono mulai berubah drastis Di tengah banyak hutang yang selalu menghantui kehidupannya. Hingga suatu ketika Cahyono sudah menemukan pekerjaan yang layak diluar kota akhirnya berinisiatif untuk pulang kampung dan membawakan sebuah kado hadiah untuk Indah, namun tak disangka hari itu merupakan hari Cahyono kehilangan sosok buah hati tercinta. Perasaan Cahyono hancur dan sangat sedih, lalu Wati yang datang disaat berduka menyesal atas perbuatannya kala itu yang telah meninggalkan semuanya.

Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif mengenai penjabaran mengenai film dengan merelasikan beberapa tanda-tanda di dalamnya untuk menentukan makna lalu mengelompokkan menjadi beberapa jenis tanda sampai kemudian menemukan makna dibalik tanda yang tampak. Teknisinya menggunakan analisis semiotika Ferdinand de Saussure yang difokuskan kepada penanda (signifier) dan petanda (signified) dalam film “Berpayung Rindu”. Sementara yang menjadi obyek dari penelitian ini adalah tanda-tanda yang muncul dari film tersebut. Untuk analisanya dikembangkan bersamaan dengan penginterpretasian terhadap masing-masing aspek dan masing-masing scene yang dianalisa dan diinterpretasi secara keseluruhan menggunakan paradigma konstruktivis dengan pendekatan kualitatif, sehingga dapat menunjukkan gambaran realitas kekerasan yang dikonstruksi.

Hasil menunjukkan penanda dan petanda dalam 3 episode dan video clip atau official music dari web series berjudul “Berpayung Rindu”.

Dalam episode pertama web series “Berpayung Rindu”, Cahyono, seorang gadis muda bernama Indah, digambarkan sebagai seorang ibu yang penyayang dan penuh perhatian. Ia digambarkan sebagai seorang ibu yang penyayang dan peduli terhadap anak-anaknya. Di episode kedua, Cahyono digambarkan sebagai seorang ibu yang penuh kasih dan peduli terhadap anak-anaknya. Dia didukung oleh teman sebayanya, Haryono, dan para pembantunya, tetapi cintanya kepada anak-anaknya dipertanyakan karena waktu yang singkat untuk merawatnya. Dalam setiap episode, cinta, perhatian, dan dukungan Cahyono kepada anak-anaknya ditekankan, dengan dukungan emosional, dukungan ekonomi, dan keinginan untuk memberikan kehidupan yang lebih baik bagi keluarganya. Secara keseluruhan, kisah ini menyoroti pentingnya cinta, perhatian, dan dukungan dalam kehidupan keluarga.

Episode kedua ditampilkan Pada adegan pertama, Cahyono digambarkan sebagai pekerja keras yang bekerja sebagai kuli panggul di pasar, menunjukkan kasih sayang dan tanggung jawabnya sebagai kepala rumah tangga, serta peran ganda sebagai ibu bagi Indah. Adegan kedua menampilkan Helmi yang tidak setia, bermesraan dengan Dinda di belakang istrinya Wati, dengan pencahayaan dan pakaian yang menambah kesan menggairahkan dan cool. Adegan ketiga menunjukkan Indah yang merindukan ibunya, ditunjukkan melalui gambar dan tulisan "Indah kangen Ibu". Adegan keempat memperlihatkan Wati yang sedih dan kehilangan semangat setelah ditinggalkan Helmi, dengan suasana di rel kereta api yang menambah kesan emosional dan beratnya merelakan.

Epidode ketiga ditampilkan Pertama, Cahyono membeli baju untuk Indah yang berwarna putih dan merah, warna kesukaan Indah di pasar. Ini menunjukkan kasih sayang Cahyono terhadap putrinya, dengan representasi warna baju yang menggambarkan perhatian pada kesukaan Indah. Kedua, Indah mengenakan seragam sekolah dan berbicara dengan ayahnya melalui telepon, menanyakan kapan Cahyono akan pulang. Cahyono menyarankan Indah untuk rajin sekolah, menunjukkan pentingnya sekolah. Ketiga, Indah berjalan menuju sekolah dengan ekspresi sedih, melambangkan kerinduannya akan kehadiran orang tua yang tidak kunjung pulang. Keempat, Cahyono menangis histeris di samping jenazah Indah dengan berpakaian serba putih, melambangkan duka cita mendalam atas kehilangan yang tak terduga. Kelima, Wati merasa menyesal karena belum bisa menjadi ibu yang baik untuk Indah, mencerminkan penyesalan seorang ibu yang merasa gagal memberikan kasih sayang yang dibutuhkan anaknya.

Pada video clip atau official music dari web series berjudul “Berpayung Rindu”, Episode ini menggambarkan serangkaian adegan yang memperlihatkan kehidupan dan perasaan karakter utama. Pertama, Lasmi, seorang tukang jamu gendong, digoda oleh tiga pria saat berjalan sendirian, menunjukkan pesona dan kepolosannya yang menarik perhatian. Kedua, Lasmi merayu Cahyono untuk meminum jamunya, menggambarkan upayanya untuk memperkenalkan manfaat jamu kepada pelanggan. Ketiga, Haryono, yang dulunya seorang bos, kini terlihat miskin, menunjukkan perubahan drastis dalam hidupnya yang menggambarkan kerentanan dan ketidakpastian. Keempat, Cahyono bermain dengan Indah di atas bandulan dengan ekspresi bahagia, menunjukkan kedekatan batin mereka yang menghibur. Kelima, Cahyono memeluk erat dan mencium Indah di malam hari, menunjukkan kasih sayang dan keinginannya untuk melindungi putrinya. Keenam, Cahyono mencuci baju di pinggir sumur, menampilkan perannya yang ganda sebagai ayah dan ibu bagi Indah, menunjukkan dedikasinya dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Ketujuh, Wati meninggalkan Cahyono dan Indah untuk pergi bersama selingkuhannya, Helmi, menunjukkan pengkhianatan dan kepedihan yang dialami Cahyono. Kedelapan, Wati terlihat sedih setelah ditinggal oleh Helmi, menunjukkan kehancuran emosional yang dirasakannya. Kesembilan, Cahyono menikah dengan Lasmi dalam kebahagiaan dan kesederhanaan, menunjukkan kesimpulan yang bahagia dalam perjalanan hidupnya.

Berdasarkan uraian analisis yang telah disampaikan diatas mengenai film web series Berpayung Rindu dengan analisis semiotika Ferdinand de Saussure dapat ditarik sebuah kesimpulan mengenai penanda (Signifier) dan petanda (Signified) serta makna dari iklan tersebut yaitu film ini lebih mengarahkan ke pesan moral terlihat dari adegan per episodenya yang mana film ini mengisahkan sepasang suami istri yang berpisah karena perselingkuhan dan yang menjdai korban adalah sang anak yang akibatnya sang anak kehilangan kasih sayang salah satu dari orang tuanya yaitu seorang ibu. Pesan-pesan yang terkandung adalah kita harus bisa menyayangi keluarga, menghindari sikap egois serta memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin. Makna dan representasi yang terkandung dari film ini yang dapat diambil sebagai pelajaran adalah keluarga adalah harta yang berharga. Film web series ini disajikan sebagai pembelajaran bagi orang tua khususnya orang dewasa yang menuju proses membina keluarga. supaya film yang bernilai edukasi bukan lagi dianggap suatu hal yang tabu, sehingga banyak masyarakat dapat menjadi lebih selektif untuk bahan tontonan dikalangan orang dewasa yang menuju proses membina keluarga secara mandiri dan membuka pemahaman yang lebih positif yang akan berdampak pada prilaku masyarakat tersebut.

 

16. Haqqu, Rizca, and Twin Agus Pramonojati. "Representasi Terorisme dalam Dua Adegan Film Dilan 1990 dengan Analisis Semiotika John Fiske.Rekam: Jurnal Fotografi, Televisi, Animasi 18.1 (2022): 67-80.

Stigma terorisme muncul diakibatkan oleh sebuah tindakan kekerasan yang dilakukan oleh seseorang kepada para korban. Hal tersebut tidak terjadi karena adanya problem politik dan ideologi atau bisa disebut juga dengan adanya masalah moral. Permasalahan moral muncul akibat adanya sebuah peristiwa kekerasan yang terjustifikasi, dan di sisi lain terdapat peristiwa yang tidak terjustifikasi sehingga terjadi kontroversi dalam mendefinisikannya.

Dalam dunia kreatif media massa yaitu film terutama ganre action bisa jadi dalam film terdapat fenomena terorisme, contohnya adalah dalam film Dilan 1990. Dilan 1990 merupakan film yang diangkat dari novel bertajuk Dilan: Dia adalah Dilanku 1990. Film Dilan 1990 merupakan sebuah film yang menceritakan romansa percintaan remaja, film tersebut merupakan salah satu film fenomenal tahun 2018. Namun genre romance dengan terorisme berbanding terbalik, dalam film tersebut memunculkan adegan kekerasan dalam film, yang mana terorisme adalah wujud kekerasan yang ditampilkan dalam bentuk aksi teror yang dilakukan oleh geng motor. Bentuk-bentuk aksi teror yang ada dalam film Dilan 1990 berhubungan dengan definisi terorisme.

Salah satu cara menganalisis Tindakan terorisme dalam film Dilan 1990 ini dengan menggunakan analisis semiotika John Fiske bersumber pada tiga tingkatan, yakni tingkatan realitas, tingkatan representasi, dan tingkatan ideologi. Di dalam film menapilkan ada dua adegan dalam film Dilan 1990 yang dikategorikan sebagai adegan teror.

Adegan 1 memperlihatkan tokoh ketua geng motor bernama Dilan sedang melakukan aksi ngebut dan ugal-ugalan di jalan raya bersama anggotanya, bising suara knalpot yang memekakkan telinga dan suara teriakan memancing dan menarik perhatian masyarakat di sepanjang jalan yang dilaluinya dan menimbulkan suasana teror. Dilan dan beberapa rekannya terlihat membawa dan mengayun-ayunkan senjata dan berencana akan melakukan sebuah penyerangan. Seperti tidak mengenakan helm, membawa senjata dalam berkendara, mengenakan pakaian selayaknya geng motor, ekspresi yang digunakan juga mengekspresikan seorang pemimpin perang yang gagah berani dan tidak takut pada siapapun. Ketika sang pemimpin mengatakan maka anggota akan melaksanakan seperti berteriak “serang”. Dalam film juga dibantu dengan elemen musik untuk ikut terbawa emosi dalam film dalam aspek ideologi dalam adegan ini memperlihatkan sekumpulan anak muda yang membentuk sebuah kelompok geng motor dengan tujuan untuk memperkuat diri dengan menguasai sebuah kawasan dan menciptakan ketakutan sehingga berujung pada perbuatan kriminal merupakan bagian dari tindakan terorisme, yaitu sebuah ideologi yang terbentuk dari sebuah kelompok tertentu dengan tujuan negatif, tidak dibenarkan, dan melanggar hukum.

Pada adegan 2 dalam film ini, sama seperti adegan pertama yaitu penampilan tokoh menggunakan konstum geng motor, terjadi penyerangan di dalam sekolah, ada yang membawa senjata tajam seperti pedang atau samurai, melempar batu dan menaiki pagar. Adegan ini membuat tokoh mengekpresi kemarahan. Ditambah sang penyerang dengan nada yang tinggi berteriak dengan penuh ancaman kepada para siswa yang ada di sekolah membuat suasana mencekam dan menimbulkan ketakutan dalam aksi penyerangan tersebut. Dari aksi penyerangan tersebut sekolah mengalami kerugian atas fasilitas sekolah yang rusak dan ketenangan sekloah juga terganggu dengan penyerangan tersebut. Ditambah elemen musik sebagai pendukung jalannya aksi terror tersebut dengan memberikan efek suara kaca pecah, teriakan para siswa dan suara lemparan batu. Aksi yang telah disebutkan di atas merupakan aksi terror seperti mengancam nyawa, memberikan rasa takut, merusak fasilitas. Tindakan penyerangan oleh geng motor tersebut juga dapat dikatakan masuk ke dalam aksi teror atau perbuatan yang merepresentasikan terorisme.

 

17. Sasmita, Ulin. "Representasi Maskulinitas Dalam Film Disney Moana (Analisis Semiotika Charles Sanders Pierce).Jurnal Online Kinesik 4.2 (2017): 127-144.

Konsep yang kompleks yang menggambarkan perbedaan antara laki-laki dan perempuan adalah gender, dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti orientasi seksual, feminitas, dan maskulinitas. Perbedaan-perbedaan ini sering kali diperburuk oleh masyarakat dan lingkungan karena anak-anak sering kali dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang tidak feminis seperti seksisme dan feminisme.

Orientasi seksual, feminitas, dan maskulinitas dapat dibedakan melalui gender. Perbedaan gender muncul dari beberapa faktor, seperti sosialisasi, disosiasi, dan konstruksi agama. Sosialisasi gender merupakan konsep biologis yang sulit dipahami, sehingga menimbulkan perbedaan antara peran gender dan identitas gender. Gender seringkali digunakan konstruksi sosial yang dapat dibandingkan dan dikontraskan dengan keyakinan agama yang berbeda, dan kesadaran gender dalam kerangka normatif masyarakat telah berkembang secara alamiah dari waktu ke waktu tanpa penjelasan lebih lanjut.

Implementasi masyarakat terhadap gender sebagai konsep yang konstan dan universal dalam kehidupan sehari-hari, dan perbedaannya sering kali dilihat sebagai perbedaan antara pengalaman laki-laki dan perempuan, yang berarti tidak perlu disesuaikan. Hal ini sering kali menyebabkan pergeseran persepsi masyarakat yang melihat gender dan seks sebagai istilah yang identik, menyiratkan bahwa gender adalah konsep biner.

Gender dapat dipengaruhi melalui film, karena film mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan (message) dibaliknya, tanpa feedback yang di terima. Kritik yang muncul terhadap perspektif ini didasarkan atas argumen bahwa film adalah potret dari masyarakat dimana film itu dibuat. Film selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dan kemudian memproyeksikannya ke atas layer.

Salah satu film yang dimaksud adalah film Disney moana. Film Disney Moana adalah sebuah film petualangan fantasi animasi computer 3D oleh Walt Disney Animation Studios pada tahun 2016. Film ini mengangkat kehidupan mengenai Moana Waialiki seorang remaja petualang berlayar dengan misi berani menyelamatkan orang-orangnya. Sejak kecil Moana selalu tertarik dengan lautan, tetapi sang ayah kepala suku Tui Waialiki tidak pernah bosan selalu melarangnya mendekati laut dan pergi ke luar dari pulaunya dengan menggunakan perahu. Ketika desanya diserang oleh kegelapan, Moana harus mengarungi lautan yang maha luas dan penuh bahaya untuk mengajak Maui seorang manusia setengah dewa mengembalikan jantung Dewi Pulau Te Fiti yang dicuri oleh Maui. Mereka berlayar melintasi lautan yang penuh aksi, menghadapi monster-monster laut. Sepanjang jalan, Moana memenuhi pencarian kuno nenek moyangnya dan menemukan satu hal yang selalu dia cari yaitu identitasnya sendiri.

Untuk menunjukkan kemaskulinitasan tanda-tanda yang terdapat dalam film Moana, dapat dianalisis dengan semiotika Charles Sanders Pierce dengan pendekatan trikotomi yaitu representament, object dan interpretant. Melalui scene-scene yang di dalamnya menampilkan sisi maskulinitas pemeran utama Putri Moana melalui tanda-tanda. Tanda-tanda maskulinitas pemeran utama putri Moana dalam film ini ada 6 yang direpresentasikan sebagai perempuan yang maskulin diantaranya pemberani, kuat, pantang menyerah, percaya diri, mandiri dan bahkan bertindak sebagai pemimpin. Berbagai adegan dalam film Moana menggambarkan karakter Moana melalui konsep teori semiotika Charles Sanders Peirce yang membedakan antara representamen, objek, dan interpretan.

Pada adegan pertama, Moana yang terlihat berdiri di samping pohon merupakan representasi, dan objeknya adalah aktivitas maskulin yang mengancam. Interpretan dari bagian ini menunjukkan bahwa Moana memiliki rasa kemandirian yang kuat dan tidak tunduk pada peran gender tradisional, yang menggambarkan bahwa perempuan mampu melakukan hal-hal berani yang biasanya diasosiasikan dengan laki-laki.

Adegan kedua menunjukkan keberhasilan Moana kembali dari laut setelah dilempar oleh Maui. Sebagai representasi, Moana menampilkan kekuatan fisik dan mental, dengan atribut fisiknya yang dialami tanpa menggunakan tangannya. Penerjemah dalam hal ini membantah stereotip bahwa perempuan memiliki kecenderungan seksual yang tetap dan memiliki rasa harga diri yang kuat.

Adegan ketiga menggambarkan Moana yang bertekad untuk berhasil namun pada akhirnya kembali ke Te Fiti dari Kakamora. Dalam ilustrasi ini, kegigihan Moana ditampilkan, dengan objeknya adalah balangan bajak laut. Seorang penerjemah menggambarkan Moana sebagai karakter yang sulit didapat yang menentang konvensi bahwa perempuan harus memiliki tujuan atau sistem pendukung untuk mengekspresikan emosi mereka atau tetap diam.

Adegan keempat, Moana bertekad untuk menghadapi Te Ka meskipun Maui mengklaim bahwa mundur berfungsi sebagai simbol. Objeknya adalah kepercayaan diri Moana dalam menangani situasi rumah tangga, pada adegan ini menyoroti kepercayaan diri Moana sebagai tanda bahwa wanita mampu memiliki kekuatan dan kemampuan untuk memimpin dalam situasi yang kooperatif, menantang kebijaksanaan konvensional tentang peran gender.

Adegan kelima, menunjukkan Moana yang mencoba memperbaiki patah hatinya tanpa bantuan, dengan representasi dirinya yang dibuat sendiri. Subjek dari iklan ini adalah Moana, pada adegan ini menegaskan kembali gagasan bahwa perempuan dapat mandiri dan berkorban tanpa mengorbankan penampilan mereka.

Terakhir adegan keenam, bagian keenam menggambarkan Moana yang sedang mengajarkan pelajaran tentang navigasi setelah dia mengalahkan Te Ka. Pada bagian ini, Moana, sebagai representasi, menampilkan esensi kepemimpinan dengan menggunakan sebuah objek yaitu tindakan untuk mendidik dan melindungi yang lemah. Penerjemah di sini menggambarkan Moana sebagai pemimpin yang bijaksana dan berpengetahuan luas, yang mengindikasikan bahwa perempuan mampu menjadi pemimpin yang efektif dan mengatasi stereotip gender tradisional. Melalui analisis ini, film Moana secara konsisten menunjukkan bagaimana perempuan dapat melawan stereotip gender melalui representasi, objek, dan penafsir dalam setiap adegan.

Hasil temuan representasi maskulinitas berdasarkan trikotomi Charles Sanders Pierce memberikan gambaran bahwa bahwa istilah maskulinitas atau feminim adalah suatu konsep pengklasifikasikan gender yang dapat di pertukarkan. Artinya, perempuan bisa bersifat maskulin dan laki-laki bisa bersifat feminim yang sifatnya relatif pada tiap budaya.

 

18. Pariawan, Komang Juni, I. Nyoman Sila, and M. Hum. "Analisis Semiotika Poster Aksi Bali Tolak Reklamasi Karya Nobodycorp.Jurnal Pendidikan Seni Rupa Undiksha 9.2 (2019): 77-86.

Seni adalah salah satu dari sekian banyak bentuk yang telah diciptakan manusia, seperti bentuk dinding goa pada masa purba. Seni adalah sesuatu yang tampaknya memiliki rasa yang tak terlukiskan. Seni adalah segala sesuatu yang dilakukan manusia, bukan hanya pemenuhan kebutuhan fisik, tetapi juga apa pun yang terjadi setiap hari karena berbagai faktor, termasuk kemewahan, kenikmatan, atau bahkan kebutuhan spiritual. Pemilihan media yang tepat sangat penting dalam menyampaikan ide, sentimen, dan kepercayaan sehingga apapun yang ada di dalamnya dapat tersampaikan dengan seefektif mungkin. Salah satu media yang paling penting untuk representasi adalah ruang publik, sama halnya dengan desain grafis, karena desain grafis dilakukan dengan metode “cetak mencetak”, yang membuatnya lebih mudah untuk dipindahkan ke ruang publik.

Salah satunya adalah poster. Poster secara visual biasanya dalam bentuk ilustrasi dua dimensi yang membentuk design tertentu. Pada masa penjajahan poster adalah salah satu media yang ikut digunakan untuk menyuarakan kebebasan berpendapat, salah satunya adalah poster propaganda. Poster propaganda para pejuang anti penjajahan muncul seiring dengan lahirnya pergerakan para pemuda dan kaum terpelajar serta berbagai kelompok pembebasan, mulai dari kaum yang berhaluan anarkisme, marxisme, nasionalis serta gerakan keagamaan.

Di bali memiliki fenomena yang sama tentang Bali Tolak Reklamasi di Teluk Benoa. Adanya reklamasi ini menyebabkan pro dan kontra yang timbul dan menjadi perbincangan publik. Salah satu pihak yang menolak membentuk sebuah forum yaitu ForBALI, yang mana merupakan aliansi masyarakat sipil Bali lintas sektoral yang terdiri dari lembaga dan individu baik mahasiswa, seniman, pemuda, musisi, akademisi, dan individu-individu yang peduli lingkungan hidup. Dalam gerakan Bali tolak reklamasi ini munculah banyak poster yang mendukung gerakan penolakan reklamasi ini.

Salah satu tokoh seniman paling berpengaruh dalam gerakan Bali Tolak Reklamasi ialah Alit Ambara. Karena Atlit Ambara aktif dalam memposting poser di media social terutama akun instagramnya Nobodycorp dan websitenya Nobodycorp.org. Atlit Ambara telah berkarya jauh sebelum adanya gerakan Bali tolak reklamasi yaitu sejak zaman represi orde baru. Poster karya Alit Ambara mempunyai tema yang konsisten, karakteristik yang tegas, jelas, dan sederhana.

Dalam memahami dan mengidentifikasi karya Atlit Ambara memerlukan konsep teori dari semiotika yaitu teori analisis semiotika Charles Sanders Peirce. Guna untuk mengetahui makna dari poster yang diciptakan dalam fenomenal Aksi Bali Tolak Reklamasi. Semiotika Peirce yang menggolongkan tanda menjadi ikon sebagai korelasi objek, indeks sebagai korelasi sebab-akibat, dan simbol. tanda yang bersifat arbitrer dan konvensional.

Poster “Tolak Reklamasi Berkedok Revitalisasi Teluk Benoa”. Hasil analisis menunjukkan ikon pada poster ini ada manusia berwajah tengkorak memakai jas biru, pulau bali, tangan mengepal, ekskavator hitam, dengan tipografi “Tolak Reklamasi Berkedok Revitalisasi Teluk Benoa dan bali” kata-kata ini menggantikan objek aslinya, yaitu Pulau Bali. Sedangkan indeksnya pada gambar Pulau Bali yang dipeluk tersebut menunjukkan lokasi reklamasi, tangan mengepal menandakan perlawanan, ekskavator hitam sebagai alat reklamasi, dan logo ForBALI menonjolkan identitas poster tersebut. Sedangkan untuk simbol, terdapat Ilustrasi manusia berwajah tengkorak melambangkan kematian, jas melambangkan status sosial tinggi, dan Pulau Bali melambangkan pulau itu sendiri. Tangan mengepal melambangkan perlawanan, ekskavator hitam melambangkan alat berat proyek, dan logo ForBALI sebagai simbol perlawanan terhadap reklamasi di Bali, warna merah melambangkan bahaya, hitam kekuatan, dan biru perintah serta kebersihan. Tipografi pada poster seperti "Tolak Reklamasi Berkedok Revitalisasi Teluk Benoa, dan Batalkan Perpres No.51 Tahun 2014" menunjukkan ketidaksukaan dan "Batalkan" merujuk pada sesuatu yang tidak jadi, menunjukkan penolakan terhadap reklamasi.

Poster “Bali Tolak Reklamasi”. Hasil analisis menunjukkan ikon Ilustrasi yang digunakan antara lain gelombang air laut, yang merupakan kombinasi dari tangan manusia, ekskavator, dan siluet yang menyerupai tangan manusia karena bentuknya yang mirip. “Bali” disebutkan dalam tipografi “Bali tolak reklamasi, Batalkan Perpres no.51/2014” sebagai ikon Pulau Bali. Indeksnya adalah pada Gelombang air laut terdiri dari tangan yang menepuk-nepuk yang menunjukkan ketidakteraturan dan bentuk. Ekskavator hitam mempresentasikan iklan tersebut, dan logo ForBALI menyoroti identitas poster tersebut. Sedangkan untuk simbol, terlihat Siluet manusia hitam simbol sosok misterius, ekskavator hitam simbol alat berat atau pembangunan, dan tangan mengepal melambangkan keburukan atau sifat negatif. Logo ForBALI memperkuat kampanye melawan pencemaran nama baik di Bali. Merah menunjukkan kekuatan, kuning kecurangan, dan bahaya. Klaim “Bali Tolak Reklamasi Batalkan Perpres No.51/2014” menggunakan kata “Batalkan” sebagai simbol untuk klaim tersebut.

Poster “Bali Tolak Reklamasi”. Hasil analisis menunjukkan ikon ilustrasi gambar perahu layar berwarna merah dengan layar berwarna biru, serta gambar manusia menaiki perahu. Ilustrasi perahu memiliki korelasi dengan bali yaitu pantai, bentuk manusia, serta tulisan ”Bali Tolak Reklamasi Batalkan Perpres No.51/2014” terdapat ikon pada kata “Bali”, kata tersebut tergolong ikon karena menggantikan objeknya. Indeksnya adalah pada Ilustrasi gambar manusia menaiki perahu terdapat indeks sebab ada gerakan tangan kiri yang mengangkat ke atas., logo ForBALI memiliki indeks sebab memiliki maksud menonjolkan identitas poster dari poster tersebut. Sedangkan untuk simbolnya pada gambar perahu layar berwarna merah dengan layar berwarna biru, perahu dalam keseharian adalah simbol dari para nelayan. Kemudian pada gambar manusia menaiki perahu dengan mengepalkan tangan kiri, kepalan tangan kiri adalah simbol dari mewalan keburukan, serta manusia di atas perahu sebagai simbol orang pesisir atau nelayan. pada warna ungu sebagai simbol keagungan serta galak, warna biru pada latar sebagai simbol kepercayaan, warna merah sebagai simbol keberanian, serta warna putih memiliki simbol kemurnian dan sucian. Tulisan ”Bali Tolak Reklamasi Batalkan Perpres No.51/2014” sebagai sombol sindiran penolakan, dari kata ”Tolak” serta kata “Batalkan” merujuk pada kata ketidak sukaan. Terdapat juga logo ForBALI sebagai simbol dari perlawanan reklamasi di Bali.

Poster “Diam adalah Bencana”. Hasil analisis menunjukkan ikon berupa ilustrasi wanita Legong Bali, peluru bom nuklir, Pura, Gunung, ekskavator, dan alat pengangkut material bangunan berwarna hitam yang dianggap emosional. Sebagai simbol tambahan yang menandingi objek Pulau Bali, disertakan kata “Bali” dalam teks “Bali Tolak Reklamasi Berkedok Revitalisasi Teluk Benoa, batalkan Perpres nomor 51/2014”. Indeknya adalah pada ilustrasi penari Legong Bali yang mengarah ke kiri, bom nuklir dengan simbol mata uang, Pura di bawah gunung, dua ekor ikan eskalator sebagai sarana iklan, eskalator material sebagai penyusunnya, dan logo ForBALI yang mengungkapkan identitas poster. Sedangkan simbolnya adalah terdapat pada seorang wanita dari Bali dengan tangan kiri melambangkan populasi dan hukum di Bali, ekskavator hitam melambangkan alat berat, Pura melambangkan agama Hindu di Bali, bom nuklir melambangkan perang atau kehancuran, dan mandala melambangkan konsep agama Hindu dan Buddha. Logo ForBALI memperkuat kampanye reklamasi di Bali. Warna merah menunjukkan putih kemurnian, biru kebersihan, hitam kekuatan dan misteri, dan bahaya. “Diam adalah bencana, Bali Tolak Reklamasi Berkedok Revitalisasi Teluk Benoa Batalkan Perpres Nomor 51/2014” adalah pernyataan yang menggunakan kata “tolak” dan “batalkan” sebagai simbol penutupan dan “bencana” sebagai simbol kekuatan.

Poster “Bali Tolak Reklamasi”. Hasil analisis menunjukkan dalam poster tersebut karena memiliki bentuk yang tidak terputus, ilustrasi tangan kiri mengepal, ekskavator hitam, dan Pulau Bali adalah ikon. Kata “Bali” dalam “Bali Tolak reklamasi” juga merujuk pada objek yang merepresentasikan Pulau Bali. Indeknya adalah pada ilustrasi tangan kiri mengepal yang menggambarkan ekskavator, ekskavator hitam dengan patahan dan serpihannya, dan peta Pulau Bali yang menunjukkan lokasi reklamasi. Logo ForBALI menampilkan identitas yang terkait dengan proyek reklamasi. Sedangkan simbolnya sebagai contoh terletak pada tangan kiri dapat meregangkan burukan, ekskavator hitam dapat meregangkan berat, dan Pulau Bali dapat meregangkan pulau itu sendiri. Logo ForBALI menyempurnakan proses pengucapan tersebut. Kekuatan hitam, bahaya, dan abu-abu kesenduan merah menunjukkan. "Bali Tolak reklamasi berkedok revitalisasi, batalkan perpres no. 51 tahun 2014” adalah sebuah pernyataan yang menggunakan kata ‘Tolak’ dan ‘Batalkan’ sebagai simbol kehilangan dan ketidakbahagiaan.

Dapat disimpulkan dari kelima karya poster milik Atlit Ambara dengan mengidentifikasi menggunakan analisis konsep teori Pierch. Ikon berupa gambar manusia berwajah tengkorak, gambar ekskavator, gambar Pulau Bali, gelombang air laut, gambar orang siluet hitam, gambar perahu layar, gambar orang menaiki perahu, penari wanita legong Bali, gambar tangan kiri mengepal, gambar peluru bom atom, gambar gunung, gambar pura, gambar alat pengangkut material bangunan serta kata Bali. Indeks berupa gambar manusia berwajah tengkorak mengenakan jas, gambar Pulau Bali, Gelombang air berbentuk tangan mengepal, manusia menaiki perahu, dan logo ForBALI. Simbol antara lain wajah tengkorak sebagai penggambaran kematian, ekskavator sebagai penggambaran pengerukan reklamasi, bentuk Pulau Bali sebagai penggambaran wilayah Bali, Tangan kiri mengepal simbol melawan keburukan, Siluet hitam manusia sebagai simbol sosok misterius, Perahu layar penggambaran masyarakat pesisir, penari Bali sebagai penggambaran orang Bali, bom atom sebagai penggambaran perang/kehancuran, Pura sebagai penggambaran masrarakat Hindu di Bali, Gunung sebagai penggambaran kesuburan, dan alat pengangkut material sebagai penggambaran proyek pembangunan serta berbagai warna yang memiliki simbolnya masing-masing.

 

19. RIZALDY, GEMILANG AUGUST. "UNSUR INTRINSIK FILM ANIMASI SPIRITED AWAY KARYA HAYAO MIYAZAKI." Diss. Universitas Mahasaraswati Denpasar, 2023.

Kaya Sastra sebagai suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya sebagai penyampaian pesan berupa pengalaman, pemikiran atau ide, perasaan, semangat, dan keyakinan dalam bentuk gambaran nyata yang membangkitkan pesona dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. sastra mempunyai kemampuan untuk merekam semua pengalaman yang empiris-natural maupun pengalaman yang nonempirissupernatural, dengan kata lain sastra mampu menjadi saksi dan pengomentar kehidupan manusia, sama halnya dengan imajinatif dan non imajinatif.

keselarasan unsur ang terdapat di dalam sebuah cerita, sehingga mampu membangun inti cerita adalah pengertian dari unsur intrinsik unsur intrinsik adalah alat atau media dasar dalam sebuah karya sastra yang dapat memberikan dampak pada pencapaian pengarang untuk mewujudkan karya sastranya. Unsur intrinsik merupakan unsur yang membangun sebuah karya sastra dan memiliki keselarasaan hingga akhirnya berhasil membangun inti cerita. Berikut adalah contoh data yang terdapat dalam film animasi Spirited Away karya Hayao Miyazaki.

Untuk mengidentifikasi unsur intrinsik pada film Animasi Spirited Away Karya Hayao Miyazaki ini menggunakan metode pengumpulan data melalui observasi dengan teknik simak dan catat, sumber data ini ada pada dialog antar tokoh. Teknisinya berupa analisis data menggunakan metode deskriptif kualitatif.

Terdapat dua data dialog antara Chihiro dan ayah, rin dan Chihiro. Data pertama Chihiro mengatakan pada ayah “Aku tidak suka tempat ini! Ayo kembali saja, lalu ayah menjawab “Apa yang kau takutkan Chihiro?”. Di latar yang berbeda, Rin bertanya kepada Chihiro “Bagaimana dengan Yubaba?” Chihiro menjawab “Aku akan menemuinya”.

Data (1) merupakan dialog antara Chihiro dengan ayahnya, yang menunjukkan implementasi unsur intrinsik dalam penokohan. Dialog ini menggambarkan Chihiro sebagai tokoh yang penakut, dan termasuk dalam tahap alur eksposisi yang memperkenalkan Chihiro sebagai pemeran utama dengan sifat penakut. Data (2) menunjukkan perubahan karakter Chihiro menjadi lebih berani, ketika ia menghadapi Yubaba yang marah besar dengan tenang. Data ini juga mencerminkan puncak klimaks dalam film animasi Spirited Away karya Hayao Miyazaki. Dari data (1) dan (2), terlihat bahwa unsur intrinsik penokohan dan alur saling berkaitan dan membentuk struktur karya sastra, menunjukkan perubahan karakter Chihiro dari penakut menjadi pemberani. Amanat data dialog di akhir ini yang terdapat pada film animasi Spirited Away adalah menjaga lingkungan,fokus pada tujuan, dan balas budi atas kebaikan yang telah dibantu oleh orang lain, dan berfikir positif dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi

 

20. Noviana, Fajria. "representasi hero’s journey pada tokoh Chihiro dalam anime spirited away karya miyazaki hayao." Jurnal Izumi 8.1 (2019): 52-64.

Chihiro merupakan tokoh film anime spirited away karya Miyazaki Hayao. Menceritakan tentang seeorang anak gadis Chihiro dan orangtuanya yang terjebak di dunia roh. Chihiro berusaha menyelamatkan diri dan orang tuanya untuk dapat keluar dari dunia roh yaitu dengan bekerja di rumah pemandian roh. Dalam petualangan di dunia roh Chihiro yang sebelumnya takut dan manja, seiring berjalannya waktu di dunia roh membuat Chihiro terbiasa dan memberanikan diri untuk dapat selamat dan Kembali ke dunia asalnya. Chihiro dibantu oleh teman-temannya seperti Haku dan rin yang mensupport Chihiro untuk menyelesaikan tantangan yang diberikan oleh kepala rumah pemandian roh tersebut yaitu Yubaba.

Hero’s Journey merupakan proses perubahan seorang tokoh dari ‘bukan siapa-siapa’ menjadi orang yang diperhitungkan kehadirannya, atau seringkali disebut dengan ungkapan ‘from zero to hero’.  Hero’s Journey adalah teori yang ditemukan oleh Vogler yang mana definisi dari Hero’s Journey ialah tahap-tahap yang mungkin wajiban ada dalam proses perjalanan kepahlawanan. Tahapan tersebut memiliki dua belas tahap yang menunjukkan perubahan seorang tokoh dari yang ‘bukan siapa-siapa’ menjadi seseorang yang diperhitungkan kehadirannya. Tahapan tersebut yaitu, Ordinary World (tempat asal), Call to Adventure (seleksi), Refusal of the Call (keraguan), Meeting with the Mentor (dukungan), Crossing the First Threshold (dimensi lain), Tests, Allies, Enemies (persiapan bersekutu) dan Approach to the Inmost Cave (persiapan), The Ordeal (ujian), Reward (hadiah), The Road Back (support), The Resurrection (kesempatan kedua menjalani ujian) dan Return with the Elixir (Kembali ke dimensi asal).

Hero’s Journey ialah teori yang dikemukakan oleh Christopher Vogler, adalah salah satu teori cara untuk merepresentasikan nilai kepahlawanan yang ada pada diri Chihiro. Melalui metode deskriptif kualitatif serta analisis mengenai data perjalanan kepahlawanan tokoh Chihiro yang diambil dari anime berjudul Sen to Chihiro no Kamikakushi. Dari teori tersebut akan menghasilkan 12 tahap yang dialami pahlawan.

  • Ordinary World. Tahap perkenalan tokoh melalui perjalanan Chihiro dan kedua orangtuanya menggunakan mobil menuju tempat tinggal baru di kota lain. Chihiro terlihat murung, melamun, dan sering mengeluh. Ia menampakkan sifat penakutnya saat melihat tumpukan rumah-rumah kecil dari batu untuk para dewa yang tergeletak tak beraturan di tepi jalan.
  • Call to Adventure. Merupakan tahap seleksi seorang pahlawan untuk bertanggungjawab. Dalam adegan film Chihiro dan orangtuanya tersesat di ujung perjalanan dan melihat terowongan kecil yang gelap. Kemudian mereka memasuki terowongan tersebut tanpa mereka ketahui, terowongan tersebut sebenarnya merupakan gerbang penghubung antara dunia manusia dengan dunia arwah, setelah memasuki terowongan, mereka melihat padang rumput dan rumah-rumah kosong terbengkalai.
  • Refusal of the Call. Merupakan kebimbangan pahlawan. Dalam adegan film tercium sepanjang jalan harum hidangan makanan di tenda makan membuat orangtua Chihiro berani melahapnya dalam jumlah yang sangat banyak, meskipun tidak ada seorang pun di tenda makan tersebut. Mereka tidak mengetahui bahwa hidangan-hidangan tersebut disiapkan untuk para arwah yang akan segera datang ke dunia para arwah tersebut selepas senja. Akibatnya, mereka berubah menjadi babi yang sangat besar dan lupa akan jati diri mereka sebagai manusia. Melihat hal tersebut, Chihiro yang menolak ketika diajak untuk ikut memakan hidangan tersebut oleh ayah dan ibunya merasa sangat takut. Ditambah dengan munculnya penduduk desa berwujud bayangan hitam besar yang sangat banyak membuat Chihiro berusaha kembali ke mobil mereka secepat mungkin.
  • Meeting with the Mentor. Tahap pertemuan pahlawan dengan seseorang yang dapat membantu pahlawan dalam petualangannya. Seperti Haku, Chihiro mendapat bantuan dari haku semenjak Chihiro masuk ke dunia roh sampai ke luar dari dunia roh dibantu oleh haku, serta melindungi Chihiro dari Yubaba. Kemudian ada kamaji, seorang pembuat ramuan herbal yang telah membantu Chihiro seperti ia menganggap Chihiro sebagai cucunya, kamaji meminta kepada rin untuk mengkomunikasikan dengan Yubaba, ia juga menuruti permintaan Chihiro untuk merawat haku yang terluka, ia juga memberikan tiket kereta kepada Chihiro untuk meminta pertolongan kepada Zeniba saudara kembar Yubaba. Kemudian ada rin yang membanti Chihiro, ia merupakan hantu gadis muda yang bekerja di rumah pemandian umum tersebut. Rin menyelamatkan Chihiro ketika dikejar-kejar oleh Kaonashi yang berubah menjadi rakus dan tak terkendali di dalam rumah pemandian umum, ia juga mengantarkan Chihiro naik perahu kecil ke stasiun kereta untuk menemui Zeniba. Kemudian dewa sungai, merupakan dewa sungai lain yang berusia ratusan tahun dengan wujud naga putih besar dan memiliki wajah kakek tua. Dewa sungai menolong Chihiro Ketika tenggelam di lumpur dari kotoran dewa tersebut dan membayar dengan sebutir obat herbal kepada Chihiro, obat tersebut digunakan Chihiro diberikan untuk haku untuk obat, kaonashi untuk meredakan harat kelaparannya. Kemudian tokoh pendukung terakhir ada Zeniba. Merupakan saudara kembar identik Yubaba dengan sifat yang berbanding terbalik dengan saudaranya. Ia memberikan ikat rambut magic untuk Chihiro agar tidak terpengaruh oleh sihir dan tipu daya dari Yubaba.
  • Crossing the First Threshold Merupakan aktifitas pahlawan memasuki pengujian. Chihiro memasuki rumah pemandian umum milik Yubaba melalui ruang bawah tanah melalui anak tangga yang tidak ada pegangannya sama sekali. Anak tangga kayu ini berperan sebagai threshold guardian. Meskipun dipenuhi rasa takut dan bahkan nyaris terjatuh dari ketinggian setelah salah satu anak tangga yang diinjaknya patah, Chihiro akhirnya berhasil menuruni ratusan anak tangga tersebut dengan selamat.
  • Tests, Allies, Enemies. Merupakan sebuah persiapan untuk bersekutu dan bertemu musuh. Chihiro menemui Kamaji di ruang bawah tanah, yang kemudian menjadi sekutunya bersama susuwatari yang merupakan arwah berwujud gumpalan jelaga hitam seukuran kepalan tangan anak-anak, berbentuk mirip buah rambutan, berpindah tempat dengan cara melayang, serta memiliki tangan dan kaki yang digunakan saat bekerja mengangkut bongkahan batubara, dan Rin. Rin mengantar Chihiro menemui Yubaba, yang setuju mempekerjakannya meskipun sempat marah. Yubaba mengubah nama Chihiro menjadi Sen dan terus berperan sebagai musuhnya. Saat Chihiro melayani pelanggan bau, Kaonashi membantunya dengan obat herbal, membantu Chihiro memuaskan pelanggan yang ternyata dewa sungai, menjadikan Kaonashi sekutu Chihiro.
  • Approach to the Inmost Cave. Merupakan tahap persiapan tantangan utama. Chihiro menghindar serangan Yubaba di ruanganya dengan mengumpat di tumpukan bantal, lalu Chihiro ditemukan oleh Bou yang mana ia adalah anak dari Yubaba dan menjadi tantangan kedua bagi Chihiro. Saat Bou menangis, muncullah bayangan Zeniba yang sama persis dengan Yubaba hingga Bou mengira itu adalah ibunya. Zeniba kemudian mengubah Bou menjadi seekor tikus gendut yang lucu agar tidak hanya berbaring di kamar setiap saat. Saat itu Bou menjadi sekutu dan membela keadilan Chihiro, begitupun juga Zeniba yang menjadi mentor Chihiro.
  • The Ordeal. Merupakan tahap cobaan di bagian pertengahan cerita dengan memberikan kesempatan perlawanan kedua setelah terjatuh. Lubang bawah tanah di ruangan Yubaba terdapat arwah jahat yang melahap jiwa. Haku yang sedang merubah wujud naga mendapat serangan dari pembantu Yubaba dan jatuh ke dalam lubang tersebut sehigga Chihiro dan Bou juga ikut terjatuh. Lalu haku dibawa oleh Chihiro ke ruang kerja kamaji. Peristiwa ini ialah near death experience, secara fisik tubuhnya ikut terjatuh dan nyaris menjadi mangsa arwah-arwah yang ada di dasar goa. Secara psikis karena kondisi Haku sangat kritis. Peristiwa near death experience ini merupakan sesuatu yang biasanya dialami oleh pahlawan dalam petualangannya.
  • Reward. Merupakan tahap dimana pahlawan memperoleh harta setelah menghadapi ujian. Chihiro pergi ke rumah Zeniba bersama Bou dan Kaonashi untuk mengembalikan cap magis Zeniba yang dicuri Haku dan memohon maaf untuknya. Tersentuh oleh kebaikan hati Chihiro, Zeniba membuatkan ikat rambut berisi mantera agar Chihiro terlindungi dari sihir Yubaba.
  • The Road Back. Merupakan tahap pahlawan didorong untuk menyelesaikan petualangan. Dalam tahap ini sering muncul adegan pengejaran yang menunjukkan seberapa penting dan berbahayanya misi tersebut. Haku yang sudah pulih menjemput Chihiro dan Bou untuk menemui Yubaba, agar kutukan orangtua Chihiro dipatahkan dan kontrak kerja Chihiro dihapus. Yubaba setuju karena mengira Bou diculik, padahal Bou, yang berubah menjadi tikus, sukarela mengikuti Chihiro. Dalam perjalanan kembali ke rumah pemandian, Chihiro, mengenakan ikat rambut dari Zeniba, teringat masa kecilnya saat terjatuh ke sungai Kohaku. Ia menceritakan ini kepada Haku, yang kemudian mengingat bahwa dirinya adalah dewa sungai Kohaku bernama Nigihayami Kohaku-nushi. Saat itu, sisik Haku terlepas, menandakan bahwa Yubaba tidak lagi berkuasa atasnya. Haku kembali pada jati dirinya, meski tidak bisa kembali ke sungai Kohaku yang sudah dikeringkan.
  • The Resurrection. Merupakan tahap pengujian pahlawan sekali lagi. Dalam tahap ini, perubahan kepribadian pahlawan terlihat nyata. Chihiro, Haku, dan Bou tiba di jembatan, disambut oleh Yubaba dan beberapa ekor babi. Yubaba baru menyadari bahwa tikus gemuk itu adalah Bou ketika Bou berubah menjadi bayi raksasa. Dengan kepribadian baru yang berani dan penuh kasih, Chihiro mendekati Yubaba dengan senyum dan memanggilnya "nenek". Yubaba memberi Chihiro satu kesempatan untuk menebak yang mana orangtuanya di antara babi-babi tersebut. Berkat ikat rambut bermantera dari Zeniba, Chihiro yakin bahwa orangtuanya tidak ada di antara babi-babi itu. Tebakannya benar, sehingga kutukan orangtuanya terangkat, kontrak kerjanya hangus, dan mereka bebas kembali ke dunia manusia.
  • Return with the Elixir Merupakan tahap kepulangan pahlawan ke tempat asalnya dengan membawa harta atau sesuatu yang berharga sebagaimana halnya harta tersebut telah mengubah sang pahlawan. Haku mengantar Chihiro ke tepi padang rumput yang ia lewati saat memasuki dunia arwah. Tanpa sihir, Chihiro melihat padang rumput luas, bukan lautan. Mengikuti pesan Haku, Chihiro berjalan menuju terowongan sempit tanpa menoleh ke belakang. Di sana, kedua orangtuanya yang sudah kembali sebagai manusia menunggu tanpa ingatan tentang pengalaman di dunia arwah. Mereka bertiga menembus terowongan dan kembali ke dunia manusia, ke tempat mobil mereka terparkir. Ketika Chihiro hendak menoleh ke belakang, ikat rambut bermantera berkilau, mencegahnya untuk menengok.
        Dari analisis tersebut mendapatkan hasil terlihat bahwa Chihiro menjalani dua belas tahap perjalanan kepahlawanan sesuai teori Hero's Journey milik Vogler. Petualangannya di dunia arwah berhasil mengubah kepribadiannya secara signifikan dari penakut, manja, dan cengeng menjadi pemberani, mandiri, tenang, percaya diri, dan penuh belas kasih. Proses ini membuktikan bahwa pahlawan tidak selalu mengandalkan kekuatan fisik, tetapi juga kecerdasan dan emosi. Spirited Away juga memperkenalkan banyak kamisama, mengingatkan kembali tentang para dewa Jepang yang dulu dipercayai, meskipun kepercayaan itu telah memudar. Miyazaki mungkin ingin mengingatkan penonton tentang dunia lain yang berdampingan dengan dunia manusia melalui anime ini. Dengan struktur mitos seperti yang dikemukakan Vogler, cerita Spirited Away menjadi lebih hidup dan menarik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENERAPAN DALAM MEMAHAMI WARNA

KERANGKA TEORITIK ESTETIKA IMMANUEL KANT DALAM DESAIN POSTER KARYA OLLY MOSS "SPIRIDE AWAY"